opini-tajuk

Pantun dan Dialektika Hari ini

DNU
Jumat, 20 Oktober 2023 | 06:10 WIB
Dr Arif Ardiansyah, M.Pd (Dok)

Oleh Dr. Arif Ardiansyah, M Pd

Sebagai salah satu satra lisan atau sastra tutur atau tradisi lisan maka pantun adalah salah satu karya sastra yang terikat dengan aturan. 

 Baca Juga: Anies Obral Pantun dan Bandingkan SBY vs Jokowi, Kader PSI Langsung Panas Kuping

 Dulu masyarakat terasa berbalasa pantun mereka mengucapkan secara lisan tanpa berpikir panjang, hal itu terkait dengan tradisi lisan dari mulut ke mulut, sementara budaya tulis belum berkembang saat itu. Sehingga orang dulu lebih mengandalkan ingatan bukan hapalan seperti budaya tulis. Ada residu memory yang tertinggal di dalam ingatan mereka yang berpantun.

Orang yang pertama membuku tradisi lisan pantun adalah Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Hajii.

Antologi pantun yang pertama itu diberi judul “Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu” (dalam gramedia.com/literasi) Satu ciri yang tradisi lisan pantun tidak pernah menyertakan nama penggubahnya (anonym).

Semua daerah memiliki pantun, namun penyebutannnya berbeda , bahasa pantun sendiri itu berasal dari Minangkabau yaitu terjemahan dari kata tuntunan atau penuntun.

Baca Juga: Pantun Sandiaga Uno untuk Ganjar Pranowo, Ada Apa Nih, Ganjar Tak Balas Pantun Itu


Di Nusantara, penyebutan pantun beragam, Jawa Parikan, Sunda disebut paparikan, suku Batak disebut Umpasa, di Sumsel pun ada yang mirip pantun,  namanya Senjang tapi bukan pantun mirip saja, guritan di basemah, dan sebagainya.


Unsur pantun sendiri ada dua intrinsik dan ekstrinsik. 

intrinsik (tokoh, tema, amanat, setting atau latar tempat dan waktu, plot atau alur, dan lain sebagainya.

Ciri khas pantun sebagai unsur intrinsik adalah rima,i ntonasi, diksi, irama. Rima dalam pantun mempunyai akhiran yang serupa sehingga mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendengarnya.


Ekstrinsik (Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berasal dari luar struktur pantun. Unsur ekstrinsik ini bisa disebut jugai latar belakang atau sebuah keadaan yang menjadi penyebab terbentuknya pantun, missal kondisi social, politik, ekonomi, peristiwa saat itu berlangsung, dan unsur intrinsic yang membantu menguatkan itu).

Pantun dan Dialektika Hari ini dalam ”Senjang”

Sumatera Selatan kaya dengan tradisi lisan, bahkan setiap daerah, kabupaten, kecamatan, bahkan desa memiliki tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut mencakup segala hal yang berhubungan dengan sastra, sejarah, biografi, ajaran agama, ajaran moral, filsafat, eksistensi asal-muasal suatu tempat, keberadaan dan kemunculan suatu tokoh, hiburan dan berbagai pengetahuan serta jenis kesenian yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom), diceritakan oleh seorang penutur yang disampaikan dari lisan ke lisan dan berkembang di masyarakat Sumatera Selatan sejak beratus-ratus tahun lalu dan menjadi tradisi.

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB