opini-tajuk

Navigasi Jalan Berliku: Kesehatan Mental Anak Milenial dalam Dunia Kerja Baru

DNU
Minggu, 28 April 2024 | 11:07 WIB
Dr. Arif Ardiansyah, M. Pd.

Ekspektasi ini dapat menciptakan rasa tidak pasti tentang kemampuan mereka untuk mencapai tujuan tersebut, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stres dan kecemasan.

Budaya instan dan gratifikasi segera yang dibawa oleh kemajuan teknologi dapat membuat anak-anak milenial merasa perlu memberikan hasil yang instan dalam pekerjaan mereka.

Mereka mungkin merasa terdorong untuk selalu online, merespons email dengan cepat, dan menyelesaikan tugas dengan sangat cepat tanpa memperhatikan kualitas pekerjaan.

Tekanan ini dapat menyebabkan perasaan terus-menerus harus berada di puncak kinerja, bahkan di luar jam kerja normal, yang pada akhirnya dapat mengarah pada kelelahan .

Tekanan untuk mencapai kesuksesan dengan cepat dan memberikan hasil yang instan dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental anak-anak milenial.

Mereka mungkin mengalami tingkat stres yang tinggi, kecemasan tentang kinerja mereka, dan bahkan depresi jika mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan pada mereka.

Selain itu, perasaan tidak berdaya atau tidak memadai ketika tidak dapat memenuhi standar yang diharapkan juga dapat mengganggu rasa harga diri mereka.

Untuk mengatasi tekanan kinerja tinggi, penting bagi anak-anak milenial untuk mengubah paradigma tentang kesuksesan dan fokus pada perkembangan pribadi dan profesional jangka panjang.

Ini dapat mencakup mengatur harapan yang realistis, merayakan pencapaian kecil, dan menekankan pentingnya keseimbangan antara hidup pribadi dan profesional.

Mendorong praktik-praktik seperti meditasi, olahraga, dan menjaga hubungan sosial yang sehat juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Isolasi Sosial

Dalam dunia kerja yang seringkali kompetitif dan individualistik, anak-anak milenial sering merasa terisolasi secara sosial.

Tekanan untuk mencapai kesuksesan pribadi dapat mengarah pada fokus yang berlebihan pada pekerjaan, meninggalkan sedikit waktu untuk interaksi sosial di luar lingkungan kerja.

Kekurangan dukungan sosial dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan menyebabkan perasaan kesepian yang mendalam.

Adapun faktor yang mempengaruhi isolasi sosial antara lain, Kompetitivitas dan Individualisme:

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB