Oleh Arif Ardiansyah*
Ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh anak milenial yang baru memasuki dunia kerja, sambil memberikan nuansa tentang bagaimana mereka dapat mengelola kesehatan mental mereka.
Anak-anak milenial, yang merupakan generasi yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996, seringkali dihadapkan pada tekanan dan tantangan yang unik ketika mereka memasuki dunia kerja.
Mereka dibesarkan dalam era teknologi yang pesat, dituntut untuk mencapai kesuksesan secepat mungkin, dan seringkali mengalami tekanan finansial yang tinggi.
Semua ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental mereka saat mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Mari kita telusuri beberapa tantangan kesehatan mental yang umum dihadapi oleh anak-anak milenial baru masuk dunia kerja, serta solusi yang dapat membantu mereka menghadapinya.
Tekanan Kinerja Tinggi
Anak-anak milenial, yang tumbuh dalam era di mana teknologi terus berkembang dengan cepat dan informasi dapat diakses dengan mudah, seringkali merasa terbebani oleh ekspektasi untuk mencapai kesuksesan dengan cepat dalam karier mereka.
Mereka dibesarkan dalam budaya yang mendorong pencapaian yang cepat dan terus-menerus, seringkali diukur dengan pencapaian materi atau kesuksesan profesional.
Baca Juga: Duet Milenial Batanghari Sembilan, Randi dan Rosa, Ini dia orangnya
Di samping itu, tekanan dari media sosial yang menampilkan pencapaian dan gaya hidup yang tampaknya sempurna dari orang lain juga dapat meningkatkan perasaan tidak memadai.
Anak-anak milenial seringkali dihadapkan pada ekspektasi untuk mencapai kesuksesan dalam waktu yang relatif singkat setelah memasuki dunia kerja.
Mereka sering kali merasa perlu untuk mencapai puncak kinerja dengan cepat, mungkin karena tekanan dari orang tua, teman sebaya, atau budaya perusahaan yang kompetitif.