opini-tajuk

Pelangi Beringin Lubai III: Pengkalan Keramat dan Jalan Keramat: Jejak Mistis, Kenangan, dan Kearifan Alam di Tepi Sungai Lubai

Minggu, 19 Oktober 2025 | 16:45 WIB
Keramat di Lubai (dok)

 

Di antara hamparan hijau dan riuhnya burung-burung di pagi hari, mengalir Sungai Lubai — aliran air yang sejak dahulu menjadi denyut kehidupan warga Desa Beringin, Sumatera Selatan.
Sungai ini bukan sekadar bentangan air, melainkan saksi zaman: dari masa ketika masyarakat hidup bersahaja dan selaras dengan alam, hingga kini, ketika kisahnya tinggal dalam kenangan orang tua di beranda rumah.

Masa Keemasan Desa Beringin di Tahun 1970-an

Sekitar tahun 1970-an, Desa Beringin masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah dengan pusat pemerintahan di Muara Enim.
Desa ini hidup dalam ketenangan yang nyaris sempurna. Rumah-rumah panggung dari kayu meranti dan tembesu berdiri di antara pepohonan besar yang rindang. Jalanan masih berupa tanah merah, dan setiap sore, anak-anak berlarian tanpa alas kaki di tepi sawah dan pematang.

Tidak ada hiruk-pikuk kota. Tidak ada ambisi materialistis.
Masyarakat hidup saling percaya, saling bantu, dan saling jaga. Gotong royong bukan hanya slogan, tetapi napas keseharian.
Pohon jambu bol, sawo, bacang, kueni, hingga kelapa tumbuh lebat di halaman rumah, memberi teduh sekaligus buah yang jadi suguhan kala tamu datang.

Sementara itu, Sungai Lubai menjadi nadi kehidupan — tempat mandi, mencuci, bermain, hingga mencari ikan. Airnya jernih dan dingin, mengalir di atas dasar pasir putih yang bersih, belum tercemar limbah industri.

“Dulu, mandi pagi, siang, sore ya ke sungai. Airnya bening, bisa buat ngaca,” kenang salah satu warga tua, sambil tersenyum tipis.

Pangkalan Mandi: Tempat Berkumpul dan Cerita Kehidupan

Karena menjadi tempat penting, di tepi Sungai Lubai dibangun pangkalan mandi umum — tangga kayu bulat yang mengarah langsung ke air.
Ada pangkalan untuk laki-laki dan perempuan, dipisahkan jarak tertentu demi kesopanan.
Biasanya di bawah tangga ada rakit kayu terapung atau disebut “gandung”, tempat orang berdiri sambil menyiram tubuh dengan timba bambu.

Kaum perempuan mandi memakai sarung, sementara kaum lelaki mengenakan telasan belacu — kain tipis sederhana. Kadang ada canda jahil yang kini hanya tinggal cerita: teman mengambil telasan orang lain yang ditaruh di tangga, membuat sang korban terpaksa berendam lama di air sambil menunggu kesempatan naik ke darat.

Tawa, keakraban, dan sedikit kenakalan kecil itu menjadi warna kehidupan masyarakat kala itu — sederhana tapi bahagia.

Asal Usul Nama “Pengkalan Keramat” dan “Jalan Keramat”

Di antara beberapa pangkalan mandi yang ada, satu di antaranya begitu terkenal: Pengkalan Keramat.
Pangkalan ini terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai Dusun 3 Desa Beringin, tepat di samping kantor kepala desa dan berdekatan dengan makam keramat Puyang Tuan, seorang tokoh sepuh yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Warga percaya, makam Puyang Tuan memiliki kekuatan gaib yang menjaga kawasan itu.
Dulu, sering muncul hal-hal aneh di sekitar sungai: labi-labi besar berwarna putih, buaya putih, bahkan arwah air yang disebut “dugok”.
Cerita turun-temurun menyebut, makhluk-makhluk itu merupakan “peliharaan” Puyang Tuan — penjaga spiritual Sungai Lubai.

Tak hanya itu, dulu pangkalan ini juga sering dijadikan tempat berlabuh perahu dagang dari hilir, seperti perahu Kyai Dullamat, penyebar syiar Islam, dan perahu Kayu Agung yang menjual gerabah tanah liat seperti kendi, guci, dan burung-burungan yang bisa bersuara ketika ditiup.

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB