(Tapak Tilas Eksistensi Kesultanan Palembang Darussalam Melalui Ziarah Akbar Makam Pangeran Kramajaya)
oleh:
Ustadz KH Syofwatillah Mohzaib, S.Sos.I (Ustadz Opat)
A. Pengantar
Pada hari ini kita semua hadir dalam rangka Ziarah Akbar Palembang Darussalam yang dilaksanakan oleh Kesultanan Palembang Darussalam bersama organisasi masyarakat yang terlibat demi kesuksesan acara ini. Salah satu objek ziarah akbar tahun ini adalah ziarah ke pemakaman Pangeran Kramajaya. Pangeran Kramaja adalah panglima sekaligus perdana menteri yang sangat dikagumi dan disegani.
Bagi zuriyat Kesultanan Palembang Darussalam pelaksanaan kegiatan Ziarah Akbar ini sangat penting untuk mengingatkan kembali dan pemberian penghargaan yang tinggi dan mulia, karena telah membangun Palembang Darussalam ini. Khusus tahun ini, maka tradisi ziarah dilakukan untuk menyampaikan pesan kepada publik bahwa keberadaan makam Pangeran Kramaja sangat penting dalam perjalanan sejarah keberadaan Kesultanan Palembang Darussalam.
Kesejahteraan Kesultanan Palembang Darussalam karena berada dalam kawasan yang strategis dalam melakukan hubungan dagang terutama hasil rempah-rempah dengan pihak luar. Kesultanan Palembang dan kondisi perkenomiannya bangkit pada abad ke-16. Semua berkat pengiriman hasil panen lada oleh petani lada dari Minang ke pasar Palembang melalui sungai Musi.
Hal itu berhasil menarik perhatian pembeli lada baik pribumi dan non pribumi. Pada waktu itu, Kesultanan Palembang juga berkuasa atas wilayah kepulauan Bangka Belitung yang memiliki tambang timah dan telah diperdagangankan sejak abad ke-18.
Karena itulah, hari ini kita mulai tradisi ziarah akbar Palembang Darussalam, terutama ziarah ke makam Pangeran Kramajaya bukan semata mengenang keberadaan secara fisik di makam kompleksnya atau tempat lainnya.
Akan tetapi, sebagai bentuk penghargaan kita semua karena telah meletakkan dasar-dasar, dan memantapkan pemerintahan modern secara luas dan menyeluruh. Semua hukum dan pengadilan ditegakkan, pertahanan, pertanian, perhutanan dan hasil bumi lainnya ditata dengan serius. Semua adalah bentuk kontribusi Kesultanan menghadirkan negeri damai, aman dan sejahtera di Palembang.
B. Awal Eksistensi Kesultanan Palembang Darussalam
Berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam pasca hancurnya Keranton Kuto Gawang pada perang melawan belanda tahun 1659. Pada waktu itu, Palembang telah rata dengan tanah.
Namun, Palembang harus bangkit dan perlu kepemimpinan. Untuk itu, Kemas Hindi dengan upaya dan kharismanya yang tinggi, menegakkan kembali harkat dan martabat Palembang.
Kemas Hindi berhasil memimpin, membentuk serta membangun kembali peradaban Palembang dan memutuskan keterikatan dengan Jawa terutama Mataram.
Kemudian pada tahun 1666, Pangeran Ario Kusumo Kemas Hindi memproklamirkan Palembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam. Beliau dilantik sebagai Sultan oleh Badan Musyawarah Kepala-kepala Negeri Palembang dengan gelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam serta mendapat legalitas pula dari Kerajaan Istambul (Turki Usmani).
Untuk memperkuat legitimasi kekuasaan kesultanan, maka dibangun sebuah Keraton Baru Kuto Cerancangan di Beringin Janggut pada tahun 1660, dan membangun sebuah Masjid Negara (1663). Masjid ini kemudian dikenal dengan Masjid Lama (17 Ilir sekarang) dan kini hanya tinggal namanya saja.