Desainnya awalnya dirancang oleh seorang arsitek Eropa, menciptakan paduan yang menakjubkan. Gaya atap Cina terlihat dari ornamen lengkungan kecil yang menghiasi atap, sedangkan sentuhan Eropa terpancar melalui pilar masjid yang kokoh dan jendela tinggi yang megah.
Bahan-bahan bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa, menambah kemegahan bangunan.
Eksplorasi Bagian Dalam Masjid: Pesona Ukiran Khas Palembang
Seperti masjid besar pada umumnya, Masjid Agung dilengkapi dengan menara. Bahkan, terdapat dua menara: menara lama dan menara baru.
Menara lama, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin (1758-1774), terletak di sisi barat masjid.
Sementara itu, menara baru, yang lebih tinggi dengan ukuran 45 meter, dibangun pada tahun 1970. Sayangnya, akses umum ke menara ini terbatas.
Baca Juga: Wayang Palembang, Hidup Segan Mati Tak Mau
Keunikan lain dari Masjid Agung terletak pada desain interior yang memukau. Ukiran khas Palembang berbentuk bunga melati atau teratai serta ornamen daun sulur menghiasi hampir seluruh bagian dalam masjid.
Mulai dari pintu masuk, jendela, puncak mihrab, mimbar, hingga tiang-tiang, semuanya dihiasi dengan ragam hias nan elok khas Palembang.
Ini selalu menjadi sorotan utama, terutama bagi tamu asing yang datang ke masjid ini.
Saksi Bisu Sejarah Indonesia
Masjid Agung tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga menyimpan jejak sejarah Indonesia.
Sejak awal pembangunannya, masjid ini menjadi saksi dari berbagai peristiwa bersejarah di Palembang.
Salah satunya adalah perang "Lima Hari Lima Malam" pada tanggal 1-5 Januari 1947, setelah Perang Dunia II.
Peran Ganda dalam Pariwisata dan Kegiatan Keagamaan
Setelah berakhirnya masa penjajahan, Masjid Agung menjadi destinasi wisata unggulan Palembang.