Menyusuri Jejak Musikal Sang Maestro Batanghari Sembilan

photo author
- Selasa, 9 Desember 2025 | 12:49 WIB
Menyusuri Jejak Musikal Sang Maestro Batanghari Sembilan (Dok)
Menyusuri Jejak Musikal Sang Maestro Batanghari Sembilan (Dok)


KetikPos.com, Palembang — Di sebuah aula sederhana di Sekolah Nurul Amal, Sabtu (6/12/2025), suara-suara yang berbeda latar berkumpul dalam satu ruang: akademisi, seniman, budayawan, mahasiswa, guru, hingga para penikmat musik tradisi.

Mereka datang dengan satu tujuan—merumuskan cara paling layak untuk menuliskan kehidupan seorang maestro: Sahilin, tokoh sentral dalam musik Batanghari Sembilan.

Namun FGD yang digelar Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya ini bukan sekadar forum diskusi. Ia menjadi ruang pertemuan antara ingatan, sejarah, dan identitas budaya.

Menjaga Ingatan, Menjaga Palembang
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Hasan, M.Sn., yang juga memimpin Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya, menggarisbawahi pentingnya penyusunan biografi ini.
“Ini bukan hanya pendokumentasian. Ini cara kita menjaga ingatan budaya Palembang,” ujarnya.
Hasan menegaskan bahwa kisah Sahilin tidak bisa ditulis sendirian. Seperti musik tradisi yang tumbuh dari kebersamaan, biografinya pun harus lahir dari banyak suara.

Buku itu sendiri nantinya tidak menyapu seluruh hidup Sahilin, melainkan menyorot sesuatu yang lebih tajam: karya dan jejak musikalnya sebagai seniman tunanetra yang menembus batas keterbatasan.

Membongkar Proses Kreatif Sang Maestro
Tim penyusun buku memetakan tiga kerangka besar penulisan: struktur biografi, arah narasi, dan fokus kajian musikal.
Feri Firmansyah memaparkan bahwa tiga lagu representatif Sahilin—Nasib Muara Kuang, Bujang Buntu, dan Ratapan Mati Gadis—akan menjadi poros analisis.

“Biografi bukan hanya soal hidup seseorang, tetapi tentang bagaimana ia membangun dunia musikalnya,” jelas Feri, yang menyusun biografi ini bersama Irfan Kurniawan dan Muhamad Nasir.

“Sahilin tumbuh dengan caranya sendiri, berinovasi dengan bahasanya sendiri.”

Kronologi, Gaya Tutur, dan Napas Seorang Maestro

Dr. Arif Andrisanyah, M.Pd., mengingatkan bahwa sebuah biografi yang baik harus punya denyut.
“Kronologi itu bukan daftar tanggal,” katanya. “Ia kunci untuk membaca pembentukan karakter.”
Ia juga menekankan pentingnya menghadirkan Sahilin secara hidup—ketegangannya, perjuangan senimannya, sekaligus kedalaman moral seorang tunanetra yang membuktikan bahwa keterbatasan tidak pernah memadamkan cahaya kreativitas.
Dari Rekaman ke Identitas Kultural

Budayawan Yudi Syarofi kemudian membuka lembar lain perjalanan Sahilin: dunia rekaman tahun 1970-an.

Album Ratapan Mati Gadis menjadi pintu kemasyhurannya, disusul Tiga Serangkai yang meledak secara komersial. Bukan hanya mengubah wajah musik daerah, karya-karya itu juga mengubah kehidupan Sahilin sendiri—dari membeli tanah, membangun rumah, hingga menikah bersamaan dengan rilis album ketiganya.
Yudi menambahkan bahwa pengaruh Sahilin bahkan melampaui instrumen.
Setiap musik yang disentuhnya berubah menjadi warna khas, yang oleh generasi muda disebut “Sahilinan”.

Regenerasi Tanpa Didaktik
Silo Siswanto melihat Sahilin sebagai sosok yang mengajar tanpa menggurui.
“Ia membangun regenerasi dengan kedekatan musikal,” ungkapnya.
“Ketika bermain dengan Sahilin, apapun alatnya, warnanya berubah.”
Menurut Silo, gaya ini adalah identitas musikologi Sumatera Selatan yang layak diteliti lebih jauh.
Kesaksian Keluarga: Melihat Sahilin dari Dalam
Rusli, saudara Sahilin, menghadirkan dimensi lain: kesederhanaan, kesabaran, dan pandangan hidup maestro itu.

Ia berharap buku ini dapat menampilkan nilai moral sang maestro, bukan hanya prestasinya.
“Makam Sahilin juga layak diperbaiki. Ia memberi hidup bagi musik Batanghari Sembilan,” ujarnya lirih.
Gaya Semi-Novel dan Penegasan Ketokohan
Dedi Firmansyah, penikmat musik Batanghari Sembilan, memberikan masukan menarik:
biografi sebaiknya ditulis dengan gaya semi-novel, agar pembaca dapat “merasakan” kehidupan Sahilin.

Ia juga menegaskan perlunya penjelasan akademis tentang konsep Batanghari Sembilan yang tidak hanya dipahami dari sisi geografis, tetapi sebagai entitas musikal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X