KetikPos.com -- Kantong plastik bermerek "Asoy" memiliki sejarah panjang di Palembang dan wilayah sekitarnya.
Jangan menyebut kantong asoy kalau di Jakarta. Karena di sana orang menyebutnya, kresek.
Meskipun kantong plastik sudah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, namun keberadaan merek "Asoy" memiliki nilai sejarah dan keunikan tersendiri di daerah tersebut.
1. Awal Mula dan Penemuan Kantong Plastik:
- Kantong plastik, pada umumnya, pertama kali ditemukan oleh Alexander Parkes, seorang ahli kimia asal Inggris, pada pertengahan abad ke-19.
- Parkes memamerkan parkesine, cikal bakal plastik dari selulosa, pada Great International Exhibition di London pada tahun 1862.
2. Perkenalan Kantong Plastik "Asoy" di Palembang:
- Di Palembang, pada era tahun 1950-an, kantong plastik pertama kali diperkenalkan dengan merek dagang "Asoy".
- Merek ini membawa nilai dan keunikan tersendiri, dan seiring waktu, kata "Asoy" menjadi lebih akrab di telinga masyarakat daripada kata "kresek".
3. Popularitas dan Penyebaran "Asoy" di Wilayah Sekitar:
- Merek "Asoy" tidak hanya populer di Palembang, tetapi juga menyebar ke wilayah sekitarnya, termasuk Jambi, Lampung, Bangka & Belitung, Bengkulu, Pekanbaru, dan sebagian daerah Padang.
- Keberhasilan merek "Asoy" dalam menancapkan identitasnya di masyarakat membuatnya lebih melekat dibandingkan kantong plastik generik.
4. Perbedaan Penggunaan Istilah "Asoy" di Palembang:
- Istilah "Asoy" di Palembang kemungkinan diakui lebih mudah diucapkan dan diingat oleh masyarakat setempat daripada kata "kresek".
- Uniknya, pengucapan "R" di dalam kata-kata memiliki kekhasan tersendiri dalam logat orang Palembang.
5. Penyebaran dan Penerimaan di Luar Pulau Sumatera:
- Meskipun "Asoy" menjadi populer di wilayah Sumatera, di pulau Jawa atau daerah lainnya, orang mungkin lebih akrab dengan istilah "kresek" daripada "Asoy".
Sebagai sebuah merek lokal dengan sejarah panjang, kantong plastik "Asoy" mencerminkan bagaimana suatu produk bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dan meninggalkan jejaknya dalam budaya lokal.