KetikPos.com -- Tari Tanggai bukan sekadar serangkaian gerakan tari yang indah; itu adalah perwujudan hidup dari perjalanan panjang seni budaya di Palembang, Sumatera Selatan.
Diciptakan pada tahun 1965 oleh Bunda Elly Rudy, seorang Maestro Tari dari Palembang, Tari Tanggai muncul sebagai alternatif vital ketika Tari Gending Sriwijaya dilarang tampil karena alasan politik pada periode tersebut.
Tanggai, yang berfungsi sebagai properti utama tarian ini, adalah kuku palsu yang memberikan ciri khas unik pada gerakan gemulai para penari.
Baca Juga: Tari Tanggai: Keanggunan dan Keagungan Tradisi Palembang, Terkait Rasan Tuo
Nama "Tanggai" sendiri mencirikan keeksotisan dan keanggunan dalam menyambut tamu, menjadikan Tari Tanggai tak hanya sebagai pertunjukan seni, melainkan juga bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya Palembang.
Pada intinya, Tari Tanggai merupakan tarian tradisional yang terus hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Soedarsono (1978) menyebutkan bahwa tari tradisional adalah warisan masyarakat yang diwariskan secara turun temurun, dan Tari Tanggai dengan bangga memenuhi kriteria tersebut.
Sejak awal penciptaannya, tarian ini terus tumbuh, tidak hanya dalam hal popularitas lokal tetapi juga dalam panggung global.
Baca Juga: Tari Erai Erai: Ungkapan Kegembiraan Panen Padi dalam Budaya Lematang
Hingga hari ini, Tari Tanggai bukan hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai acara di Palembang, tetapi juga mencuri perhatian dalam panggung seni internasional.
Penampilannya dalam perhelatan nasional dan internasional, serta keikutsertaannya dalam acara resmi, menjadikan Tari Tanggai sebagai duta seni budaya Palembang yang menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Bunda Elly Rudy, yang kini berusia 76 tahun, dengan penuh semangat dan dedikasi, terus mewariskan ilmu tari ini kepada generasi muda.
Proses pelatihan yang cermat dan penuh makna ini tidak hanya menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan seni budaya, tetapi juga menjadikan Tari Tanggai sebagai titik temu antara masa lalu dan masa depan seni tradisional Palembang.
Tari Lilin Siwa