pariwisata-kebudayaan

Menikmati Kelezatan dan Mendalami Makna Filosofis di Balik Kuliner Khas Banjarmasin

DNU
Senin, 19 Februari 2024 | 16:48 WIB
Wadai Ipau khas Arab yang menjadi santapan saat berbuka puasa warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan. (istimewa)

Dalam setiap suapan, tersirat pesan akan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan lingkungan sekitarnya.

3. Katupat Kandangan:

Simbol Kesederhanaan yang Bermakna

Katupat Kandangan, hidangan yang lahir dari kota Kandangan yang kaya akan produksi ikan haruan. Tidak hanya menyuguhkan cita rasa yang lezat, tetapi juga menyiratkan makna mendalam tentang kesederhanaan dan keakraban.

Meskipun disajikan dengan kuah yang gurih, katupat ini dimakan langsung dengan tangan, menekankan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika katupat yang dibuat tidak lengket dan mudah hancur, hal itu melambangkan keelastisan dan kekuatan dalam kesederhanaan hidup, sebuah pesan yang dalam dan menginspirasi.

Baca Juga: Pasar Terapung Lok Baintan, Banjar, Kalsel, Memberi Makna Tersendiri bagi Anies Baswedan

4. Soto Banjar:

Melampaui Batas Menuju Keharmonisan

Soto Banjar, hidangan yang tak lekang oleh waktu di kalangan suku Banjar, tak hanya sekadar sajian lezat, tetapi juga simbol kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat.

Disajikan dengan ketupat, soto Banjar mempersatukan beragam elemen dalam satu hidangan.

Isiannya yang beragam, mulai dari bihun, telur rebus, ayam kapung, perkedel, hingga kuah bening, mencerminkan keragaman masyarakat Banjar.

Hidangan ini tidak hanya menjadi suguhan bagi tamu, tetapi juga sebagai bentuk terima kasih dan pengikat hubungan sosial di masyarakat.

Baca Juga: Memasuki Musim Kemarau, Karhutla di Kalsel dan Kalteng Mulai Terjadi

Dengan kelezatan dan makna filosofis yang terkandung dalam setiap hidangannya, kuliner khas Banjarmasin bukan hanya tentang makanan.

Halaman:

Tags

Terkini