pariwisata-kebudayaan

Pasar Papringan: Membawa Kembali Keindahan Pasar Tradisional Jawa ke Abad ke-21

Rabu, 20 Maret 2024 | 14:58 WIB
Pasar tradisional masih bertahan di era disrupsi digital. Emak-emak masih suka becek-becekan. (tangkapan layar instagram @yuswohady)

 

KetikPos.com - Di tengah hiruk-pikuk perkembangan zaman, sebuah inisiatif yang menginspirasi telah lahir di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Pasar Papringan, sebuah perpaduan antara keindahan alam dan keaslian pasar tradisional Jawa, telah menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian ribuan pengunjung dari seluruh penjuru Indonesia.

Dibentuk dan dikelola oleh Komunitas Mata Air, bersama dengan Kolaborasi Spedagi, Pasar Papringan muncul sebagai wujud nyata dari upaya pelestarian budaya dan lingkungan.

Mengubah lahan kebun bambu seluas 2500 meter persegi yang dulunya hanya menjadi tempat pembuangan sampah menjadi sebuah pasar yang memikat, merupakan bukti nyata komitmen mereka terhadap keberlanjutan lingkungan dan heritage budaya.

Konsep pasar ini mengikuti jejak pasar zaman dahulu di Jawa, dari lokasi hingga alat pembayaran yang menggunakan mata uang tempo dulu, pring.

Dengan suasana yang mengingatkan pada masa lalu, pengunjung diajak untuk merasakan sensasi transaksi di pasar Jawa kuno.

Mata uang pring yang terbuat dari kayu dengan cap khas Pasar Papringan di satu sisi, dan nilai mata uang di sisi lainnya, memberikan pengalaman unik bagi setiap transaksi.

Pasar Papringan bukan hanya sekadar tempat belanja dan kuliner, tetapi juga menjadi pusat kegiatan dan hiburan.

Dengan jam operasional dari pukul 6 pagi hingga 12 siang, pasar ini menggelar kegiatan dua kali dalam 35 hari, sesuai dengan penanggalan Jawa.

Fasilitas yang disediakan juga cukup lengkap, mulai dari area permainan anak-anak, perpustakaan mini, hingga musala bagi para pengunjung.

Kesenian dan budaya Jawa juga turut menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman di Pasar Papringan.

Seragam penjual menggunakan kain lurik, sementara makanan dan minuman khas Temanggung disajikan dengan cara tradisional tanpa menggunakan bahan plastik.

Pengunjung dapat menikmati aneka kuliner seperti gemblong, mendut, glanggem, jenang, srowol, kimpul kukus, lentheng, sego jagung, lontong mangut, dan kopi asli Temanggung, yang semakin jarang ditemui di pasar-pasar modern.

Tak hanya itu, pasar ini juga menjadi tempat untuk memperkenalkan berbagai produk kerajinan bambu dan hasil pertanian lokal kepada pengunjung.

Halaman:

Tags

Terkini