pariwisata-kebudayaan

Pegon: Jejak Ulama Nusantara yang Harus Dijaga

Kamis, 29 Agustus 2024 | 07:46 WIB
Rakor Tentang Aksara

 

KetikPos.com - Aksara pegon, yang telah digunakan oleh para ulama Nusantara sejak berabad-abad lalu untuk menuliskan karya-karya keagamaan dan ilmu pengetahuan, kini menghadapi tantangan besar di era modern. Beberapa aksara daerah telah hilang karena minimnya upaya pelestarian, dan Kemenag tidak ingin nasib yang sama menimpa aksara pegon.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag, Basnang Said, menegaskan pentingnya langkah konkret untuk memastikan aksara pegon tetap hidup dan relevan. "Jika kita menuliskan narasi di papan nama atau gerbang pesantren menggunakan aksara pegon, kita bukan hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memperjuangkan keberlanjutan warisan intelektual para ulama Nusantara," ujarnya dengan penuh semangat saat memberikan sambutan dalam acara Koordinasi Penguatan Digitalisasi Aksara Pegon dalam Kitab Kuning di Pesantren, Selasa (27/8/2024) di Jakarta.

Digitalisasi: Menghadirkan Pegon dalam Genggaman

Sebagai bagian dari upaya modernisasi dan pelestarian, Kemenag telah meluncurkan papan ketik virtual aksara pegon (pegon virtual keyboard) pada awal Januari 2024. Inovasi ini memungkinkan siapa saja untuk menulis dan berkirim pesan dengan aksara pegon langsung dari smartphone mereka. Langkah ini tidak hanya memudahkan akses tetapi juga memberikan sentuhan modern pada pelestarian aksara yang penuh sejarah ini.

"Alhamdulillah, kini kita bisa menulis dan berbagi pesan dengan aksara pegon. Ini adalah langkah besar dalam memastikan bahwa aksara pegon dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi tanpa kehilangan esensi tradisionalnya," lanjut Basnang Said.

Visi Besar: Kitab Kuning Digital dengan Sentuhan Pegon

Tidak berhenti pada pengenalan papan ketik virtual, Kemenag juga tengah mengembangkan perangkat digital yang berisi kitab kuning—kumpulan teks-teks klasik yang menjadi rujukan utama di pesantren. Perangkat ini nantinya tidak hanya menampilkan teks-teks dalam format digital, tetapi juga memungkinkan pengguna untuk memberikan makna (maknani) dengan aksara pegon.

"Ini bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi juga bagian dari upaya kami untuk memastikan bahwa generasi mendatang tetap terhubung dengan tradisi keilmuan pesantren, namun dengan cara yang relevan di zaman digital," jelas Basnang.

Masa Depan Aksara Pegon: Terus Berinovasi dan Melestarikan

Langkah-langkah yang diambil Kemenag ini merupakan bagian dari visi jangka panjang untuk tidak hanya melestarikan aksara pegon, tetapi juga mengintegrasikannya dengan teknologi modern. Melalui kombinasi antara tradisi dan inovasi, Kemenag berharap aksara pegon dapat terus hidup dan bahkan mengalami revitalisasi di kalangan generasi muda.

Dengan pelestarian aksara pegon melalui papan nama, gerbang pesantren, dan digitalisasi kitab kuning, Kemenag tidak hanya menjaga warisan ulama Nusantara tetapi juga memperkuat identitas budaya Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi. Pegon, yang dahulu menjadi sarana dakwah dan penyebaran ilmu, kini siap memasuki era baru—era di mana aksara ini kembali memiliki peran penting dalam dunia pendidikan keagamaan dan kehidupan sehari-hari di Indonesia.

Tags

Terkini