"Saat itu ayah saya Raden Muhammad Syafei Prabu Diraja sebagai Sultan dengan gelar SMB III," katanya.
Setelah beliau wafat, ia pun naik Tahta menggantikan ayahnya pada 2017 yang penobatannya berlangsung di Masjid Lawang Kidul, dekat makam Sultan Mahmud Badaruddin I.
Bahkan Salah satu peninggalan bersejarah yang sangat melegenda dan mengundang penasaran banyak pihak, mulai dari budayawan, sejarawan, akademisi, arkeolog, kolektor, pelajar, mahasiswa atau masyarakat biasa, yakni jubah milik SMB II.
Jubah berwarna kuning orange motif bunga-bunga dengan panjang sekitar 1,5 meter, berlengan panjang dan ada sedikit sobek di bagian leher kanan itu kini menjadi salah satu koleksi kuno yang dimiliki Kesultanan Palembang Darussalam.
Jubah tersebut disimpan bersama sejumlah koleksi kuno di ruangan khusus dalam Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jalan Sultan M Mansyur, nomor 776, Bukit Lama, Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
“Jubah milik SMB II ini punya motif yang berbeda dan cukup indah pada masanya, sehingga bisa dijadikan salah satu contoh atau salah satu warisan budaya yang dimiliki Kesultanan Palembang Darussalam,” kata SMB IV.
SMB IV memperkirakan umur jubah tersebut antara 200 sampai 300 tahun.
“Kalau mengamati motif jubah itu diperkirakan dikenakan pada acara-acara tertentu, dan tidak setiap hari dipakai Sultan,” katanya.
Lalu bagaimana ceritanya sehingga jubah kuno ini bisa sampai di Kesultanan Palembang Darussalam, SMB IV mengaku tidak tahu persis.
Hanya saja beliau menuturkan jubah tersebut merupakan warisan dari mendiang orangtuanya, SMB III Prabu Diraja Drs RM Sjafei Diraja.
Lebih jauh SMB IV mengaku kalau jubah kuno milik SMB II ini belum ada kajian akademiknya.
“Belum ada kajian, nanti akan kita kaji fungsinya seperti apa, unsur intrinsik dan ekstrinsiknya bagaimana,” kata SMB IV.
Sementara itu, Alan Darmawan, panitia Workshop naskah keraton mengatakan, bahwa berbagai peneliti di Indonesia berkumpul di Palembang.
"Kita para peneliti naskah datang ke Palembang, bahkan juga dari Singapura dan Malaysia datang untuk mengali informasi sejarah mengenai Kesultanan Palembang Darussalam," katanya.
Jadi fokus pihaknya kepada keraton Palembang, dimana ada sekitar 142 naskah teridentifikasi oleh para peneliti naskah.
"Kita harapkan dengan kegiatan yang diadakan ini akan mendapatkan pengetahuan untuk dijadikan penelitian kita nantinya," katanya.(***)