pariwisata-kebudayaan

Bebaso: Warisan Adab Halus Wong Palembang yang Terlupakan

DNU
Rabu, 11 September 2024 | 04:20 WIB
muhamad nasir (Dok)

Dalam sejarahnya, Bebaso tumbuh bersamaan dengan perkembangan Kesultanan Palembang. Bahasa ini digunakan di lingkungan kerajaan sebagai bahasa resmi yang mengedepankan kesantunan.

Istilah "bebaso" sendiri berasal dari kata "bebaso" yang berarti berbicara dengan sopan. Selain sebagai alat komunikasi, Bebaso juga mencerminkan status sosial dan budaya masyarakat Palembang.*

Dinamika Kesultanan Palembang dan Pengaruh Jawa

Pada abad ke-16, Palembang mengalami transformasi menjadi kesultanan bercorak Islam. Pangeran Aria Kesumo, yang kemudian dikenal dengan gelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam, memproklamirkan Palembang sebagai negara Kesultanan pada tahun 1666.

Islam kemudian menjadi agama resmi Kesultanan Palembang Darussalam dan hukum-hukum Islam diberlakukan hingga berakhirnya kesultanan ini pada tahun 1823.

Baca Juga: Lestarikan Bahasa Daerah, Disdik Provinsi Sumsel Gelar Cerdas Cermat Bahasa Daerah

Dalam perkembangan politik dan kekuasaan, Palembang juga menerima banyak pengaruh dari kerajaan-kerajaan di Jawa.

Salah satu kisah terkenal adalah tentang Raden Fatah, yang lahir di Palembang dan kemudian menjadi raja pertama di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa.

Setelah runtuhnya Kerajaan Demak akibat perang saudara, beberapa bangsawan Demak melarikan diri ke Palembang, membawa serta tradisi dan budaya Jawa yang memperkaya kebudayaan lokal, termasuk bahasa.

Bebaso: Cerminan Adab dan Norma Sosial

Bebaso tidak hanya berfungsi sebagai bahasa, tetapi juga sebagai cerminan adab dan norma sosial yang luhur.

Penggunaannya menekankan kesantunan dan penghormatan, baik dalam nada bicara maupun pilihan kata.

Bebaso dipakai ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, orang yang dihormati, atau dalam situasi formal sebagai bentuk penghormatan.

Ini membuat Bebaso sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari wong Palembang.

Berbicara dengan Bebaso menuntut pengucapnya untuk selalu bersikap rendah hati, berbicara dengan nada lembut, dan memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan lawan bicara.

Halaman:

Tags

Terkini