pariwisata-kebudayaan

Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang: Saat Sejarah Bicara dan Kota Tua Bernyanyi

DNU
Minggu, 29 Desember 2024 | 22:04 WIB
Diskusi sejarah bertajuk “Posisi Kota Tua Palembang dalam Perang Lima Hari Lima Malam” sukses menyulut semangat nasionalisme di tengah suasana akhir tahun. (Dok)

 

KetikPos.com– Gedung Kesenian Palembang mendadak menjadi mesin waktu pada Minggu (29/12), membawa  peserta kembali ke tahun 1947. Diskusi sejarah bertajuk “Posisi Kota Tua Palembang dalam Perang Lima Hari Lima Malam” sukses menyulut semangat nasionalisme di tengah suasana akhir tahun.

Acara ini menjadi salah satu rangkaian peringatan pertempuran heroik yang kini memasuki tahun keempat penyelenggaraannya.

Narasi Kota Tua: Saksi Diam yang Berbicara
Diskusi yang digelar oleh MGMP Sejarah Sumatera Selatan menghadirkan para pakar yang seolah menjahit ulang lembaran sejarah Palembang. Hj. Nur Mutmainah, S.Pd., M.Si., salah satu narasumber utama, berbicara tentang peran strategis Palembang sebagai pusat kekayaan alam yang menjadi magnet bagi Belanda pasca-proklamasi.

“Kota Tua Palembang bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah saksi bisu pertempuran sengit antara keberanian rakyat dan arogansi penjajah. Kita harus menjaga sejarah ini hidup, karena di sinilah jiwa perjuangan kita berasal,” tegas Nur Mutmainah dengan penuh emosi.

Para peserta juga diajak mengenal lebih dekat tokoh-tokoh besar seperti Kolonel Maludin Simbolon dan Letnan Kolonel Bambang Utoyo yang memimpin perjuangan. Tidak hanya nama, narasumber bahkan memaparkan taktik dan strategi yang digunakan selama lima hari penuh ketegangan.

Swadaya Komunitas, Warisan Bangsa
Yang menarik, acara ini tidak digerakkan oleh dana besar pemerintah, melainkan dari gotong-royong lebih dari 50 komunitas yang menyumbangkan tenaga, pikiran, dan materi. Ketua pelaksana, Vebri Al Lintani, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk perlawanan modern terhadap lupa akan sejarah.

“Ini bukan sekadar peringatan, ini adalah misi. Kami ingin warga Palembang bangga dengan kotanya, sekaligus sadar bahwa semangat para pahlawan harus terus hidup dalam setiap langkah kita,” kata Vebri yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat.

Menghidupkan Sejarah dengan Gaya Baru
Selain diskusi, acara ini dihiasi pameran foto-foto kota tua, musikalisasi puisi perjuangan, hingga teater dokumenter yang menggambarkan suasana mencekam lima hari lima malam itu. Bahkan, seorang aktor rela memakai seragam militer tempo dulu untuk menciptakan pengalaman imersif bagi pengunjung.

“Kami ingin sejarah ini tidak hanya diceritakan, tetapi juga dirasakan. Kalau generasi muda tidak tertarik pada cara lama, maka kita harus menghadirkannya dengan cara yang relevan,” ujar seorang panitia.

Energi Baru di Tahun Baru
Seorang peserta, Rini (22), mahasiswa Universitas Sriwijaya, mengaku acara ini seperti menghembuskan napas baru di tengah kesibukan modern. “Ini lebih dari sekadar belajar sejarah. Rasanya seperti kita diberi energi baru untuk menyongsong tahun depan, dengan semangat yang sama seperti para pejuang dulu,” katanya.

Menatap Masa Depan, Menghormati Masa Lalu
Diskusi ini menjadi pengingat bahwa sejarah bukan sekadar catatan, tetapi warisan hidup yang harus terus dikenang dan dijaga.

Dengan semangat gotong royong, Palembang menunjukkan bahwa perjuangan para pahlawan tidak akan pernah padam, melainkan terus bersinar, menyinari masa depan yang penuh harapan.

Maka, jika Anda mencari cara bermakna untuk mengisi akhir tahun, datanglah ke peringatan ini. Karena di sini, sejarah tidak hanya bicara, tetapi bernyanyi, menyampaikan pesan dari masa lalu untuk masa kini.

 

Tags

Terkini