pariwisata-kebudayaan

Nostalgia di Pameran Barang Jadoel: Merangkai Kenangan Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang

DNU
Senin, 30 Desember 2024 | 02:09 WIB
Sepeda ontel sebagai bagian barang jasil yang dipamerkan di Peringatan P5H 5M? (Dok)

 

KetikPos– Waktu seolah berhenti di Gedung Kesenian Palembang. Sepeda onthel bermesin, radio kuno era penjajahan, hingga mesin tik antik menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa yang dipamerkan dalam rangka Peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam. Dari 28 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025, pengunjung diajak bernostalgia melalui barang-barang jadoel yang menghidupkan kembali semangat perjuangan rakyat Palembang.

“Sepeda Goyang” dan Barang Langka Lainnya
Amir Ruslan, Ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Palembang sekaligus pemilik Musi Jadoel, menyebut bahwa pameran ini lebih dari sekadar ajang unjuk koleksi. Salah satu kebanggaannya adalah “sepeda goyang,” sepeda langka yang menjadi pusat perhatian pengunjung.

“Kami menampilkan barang antik dari era 1940-an hingga 1960-an, seperti Penny Farthing, sepeda sespand, dan sepeda patah-patah. Ada juga mesin tik Royal, mesin jahit engkol, dan radio kuno. Semua ini bukan hanya benda, tetapi juga cerita perjuangan,” ujar Amir.

Komunitas dan Misi Sosial
Komunitas Kosti Sumsel, yang memiliki lebih dari 200 anggota, turut memeriahkan acara ini. Suparlan, bagian perlengkapan Kosti Sumsel, mengungkapkan bahwa mereka juga terlibat dalam kegiatan sosial seperti bakti sosial, gotong royong, dan kunjungan ke panti asuhan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa sepeda tua bukan hanya soal nostalgia, tetapi juga cara kami menyatukan masyarakat dan membantu sesama,” jelasnya.

Perjuangan Rakyat di Balik Barang Antik
Barang-barang yang dipamerkan menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Palembang selama perjuangan melawan penjajahan. Sepeda onthel bermesin, misalnya, dulunya digunakan untuk mengangkut logistik perang. Radio kuno menjadi alat komunikasi penting, sementara mesin tik Royal adalah saksi pembuatan dokumen-dokumen strategis.

“Semua barang ini adalah bagian dari sejarah besar bangsa. Kami berharap anak muda bisa belajar dan lebih menghargai jasa para pahlawan,” tambah Amir.

Pengalaman Berharga bagi Generasi Muda
Bagi pengunjung, pameran ini menjadi pengalaman edukatif yang menghibur. Andi, seorang siswa SMA yang datang bersama teman-temannya, mengaku terkesan dengan cerita di balik barang-barang tersebut.

“Saya baru tahu kalau dulu sepeda seperti ini dipakai untuk perang. Rasanya jadi lebih menghargai perjuangan para pahlawan,” ungkapnya.

Kejutan di Balik Pameran
Selain barang antik, pameran ini juga menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk berfoto dengan pakaian pejuang, mencoba mengetik di mesin tik klasik, dan merasakan nostalgia lewat alunan musik dari radio kuno. Bahkan, pengunjung bisa membeli sepeda antik seperti Gazelle, Philip, atau Simplex dengan harga mulai dari Rp 3 juta.

Harapan untuk Masa Depan
Ketua panitia, Vebri Al Lintani, berharap pameran ini semakin besar di tahun-tahun mendatang. “Kami ingin melibatkan lebih banyak komunitas, pemerintah, dan masyarakat agar acara ini menjadi kebanggaan bersama,” katanya.

Ajak Keluarga dan Nikmati Perjalanan Waktu!
Pameran Barang Jadoel adalah bagian dari perjalanan sejarah yang patut dinikmati bersama keluarga. Dengan suasana yang penuh kenangan, pengunjung diajak memahami bagaimana perjuangan masa lalu membentuk masa kini. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari cerita besar ini hingga 1 Januari 2025!

 

Tags

Terkini