pariwisata-kebudayaan

Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo: Jejak Sejarah Megah di Jantung Palembang

DNU
Senin, 31 Maret 2025 | 08:43 WIB
Lukisan Masjid Agung ada di Museum SMB II Palembang (Dok)

Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, yang lebih dikenal sebagai Masjid Agung Palembang, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang sejarah dan kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam. Didirikan atas prakarsa Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (1724-1757), masjid ini telah mengalami berbagai perkembangan dan tetap berdiri megah sebagai simbol spiritual dan budaya masyarakat Palembang.

Awal Mula Pendirian

Gagasan mendirikan masjid ini lahir dari visi Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo yang dikenal sebagai raja alim dan cendekia. Peletakan batu pertama dilakukan pada Hari Senin, 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738 M), dan pembangunan rampung pada 28 Jumadil Awal 1161 H (26 Mei 1748). Awalnya, masjid ini belum memiliki menara. Baru pada tahun 1758, putra Sultan Mahmud Badaruddin, Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, menambahkan menara dan kolam-kolam sebagai tempat berwudhu.

Arsitektur Unik Perpaduan Budaya

Arsitektur Masjid Agung Palembang mencerminkan perpaduan tiga budaya: Melayu, Tionghoa, dan Eropa. Sultan sendiri terlibat dalam perancangannya, menciptakan desain yang memadukan unsur lokal dengan sentuhan arsitektur Tionghoa pada atap limas bertingkat yang mirip pagoda. Keempat sisinya memiliki jurai simbar khas budaya Melayu, sementara pintu gerbangnya kemudian mendapat pengaruh arsitektur Yunani pada era kolonial.

Bangunan awalnya berbentuk segi empat berukuran 30 x 36 meter dengan empat tiang utama dari kayu Unglen yang kokoh. Seiring waktu, masjid ini mengalami berbagai renovasi dan perluasan untuk menampung jumlah jamaah yang semakin bertambah.

Perkembangan dan Renovasi dari Masa ke Masa

1758 – Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo menambahkan menara dan kolam tempat wudhu.

1811 – Atap genteng rusak akibat perang Palembang-Inggris, diganti dengan sirap oleh Belanda pada 1823.

1870-1890 – Pintu gerbang direnovasi dengan gaya arsitektur Yunani Doric Order.

1897 – Perluasan pertama oleh Pangeran Penghulu Nata Agama Karta Manggala Mustafa, menambahkan serambi tiga sisi.

1916 – Sarekat Islam menambah serambi terbuka dan memperbaiki menara lama.

1930-1935 – Penambahan tempat wudhu besar menggantikan kolam bersuci.

1952-1956 – Yayasan Masjid Agung memperluas bangunan hingga mampu menampung 7.750 jamaah.

Halaman:

Tags

Terkini