pariwisata-kebudayaan

PERINGATAN HARI TARI DUNIA: “A TRIBUTE TO “CEK YA LENA”, SENIWATI LEGENDARIS KOTA PALEMBANG

DNU
Sabtu, 19 April 2025 | 14:58 WIB
Cek Ya Lena (Dok)
 
Oleh: Vebri Al Lintani
Pembina  Komunitas Seniman Tari (KASTA) Sumsel
 
 Di balik gemerlap Sungai Musi dan sejarah Sriwijaya yang megah, Palembang menyimpan banyak kisah perempuan tangguh yang tak hanya mengabdikan diri untuk keluarga, tetapi juga untuk budaya.
 
Salah satunya adalah Cek Ya Lena, seniman perempuan yang karyanya begitu kental dengan nuansa budaya Palembang.


Darah Seni yang Mengalir di Nadi

Sejak usia muda, Cek Ya Lena telah dikenal sebagai perempuan berbakat di bidang seni tradisi Palembang.
 
Mulai dari bernyanyi lagu daerah, menarikan tarian tradisional, hingga merawat cerita rakyat yang mulai pudar, semua dijalaninya dengan penuh cinta.
 
Baginya, seni adalah cara menjaga jati diri, sekaligus warisan yang harus terus hidup di tengah modernisasi.
Cel Ya Lena nomor dua dari kanan bawah dalam pementasan sandiwara Nilawati (Dok)


Cinta di Tanah Musi

Tak hanya soal seni, kehidupan pribadi Cek Ya Lena juga tak kalah menarik. Ia dipertemukan dengan Nungcik Alidin, seorang pria sederhana, tapi penuh cinta terhadap budaya Palembang.
 
Keduanya menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga yang dipenuhi semangat kebudayaan.

Namun takdir mempertemukan Cek Ya Lena dengan pilihan yang tak mudah. Suatu hari, ayahnya yang menetap di Belanda mengirim kabar — meminta putrinya pulang ke Belanda.
 
Sang ayah bahkan menjanjikan warisan besar jika Cek Ya Lena bersedia meninggalkan Palembang.

Pilihan yang Menggetarkan Hati

Di hadapan pilihan itu, Cek Ya Lena justru mengambil keputusan yang mengejutkan. Ia menolak pulang ke Belanda, memilih tetap tinggal di Palembang, setia pada suaminya, dan tak ingin meninggalkan tanah kelahirannya.
 
Baginya, warisan paling berharga bukan harta benda, melainkan cinta, keluarga, dan budaya yang ia junjung tinggi.

“Harta bisa dicari, tapi cinta dan tanah air tidak bisa ditukar,” itulah nilai yang dipegang teguh Cek Ya Lena sepanjang hidupnya.

Mewariskan Seni dan Nilai

Pasangan ini dikaruniai enam orang anak:

Hj. Mascik (alm.)
Dr. H. Mahlani SE, M.Sc
Mastuti Arini
Herlina
Turisman
Marlina

Mereka tumbuh besar di lingkungan yang kaya nilai-nilai adat dan budaya Palembang. Marlina, anak bungsu yang kini berusia 55 tahun, mengenang ibunya sebagai sosok seniman sekaligus guru kehidupan.
Cek Ya Lena dan Wak Ya (Dok)
 
Ia bercerita, rumah mereka selalu dipenuhi lagu-lagu tradisional, petuah adat, dan kisah-kisah tentang masa kejayaan Palembang.

“Mama itu bukan hanya ibu kami, tapi penjaga budaya Palembang. Di tangan mama, budaya itu hidup, bukan hanya dikenang,” tutur Marlina saat diwawancarai.

Jejak Abadi di Palembang

Kini, meskipun Cek Ya Lena telah tiada, jejaknya tetap terasa di setiap alunan lagu daerah, denting gamelan, dan cerita-cerita rakyat yang masih diceritakan dari generasi ke generasi.
 
Kesetiaan Cek Ya Lena terhadap budaya Palembang menjadi teladan abadi tentang arti cinta, keberanian memilih, dan kebanggaan terhadap tanah air.

Kisah Cek Ya Lena adalah bukti bahwa warisan budaya bukan hanya tentang benda, tetapi tentang nilai yang ditanamkan, diwariskan, dan dihidupkan kembali.

Melalui keteladanan perempuan-perempuan seperti Cek Ya Lena, Palembang tetap lestari, tetap bernyanyi, dan tetap hidup di hati generasi muda.


Nara sumber: wawancaradenganMarlina (55 tahun), anakbungsuCekYa Lena

Tags

Terkini