KetikPos.com – Malam 16 Mei 2025, Lawang Borotan bukan sekadar destinasi heritage. Ia menjelma altar sunyi tempat puisi-puisi bersujud, dan nama Chairil Anwar kembali disebut dengan takzim. Di tengah cahaya lampu remang dan bisikan Sungai Musi yang tak lelah mengalir, Anwar Putra Bayu—penyair dan Ketua SatuPena Sumsel—membacakan puisinya yang menggugah: "Mirat Muda, Chairil Muda".
Puisi itu tak sekadar teks. Ia menjadi lorong waktu yang membawa hadirin ke 76 tahun lalu, saat Chairil menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit pada 28 April 1949, sebelum dimakamkan di Karet Bivak—tempat yang pernah ia sebut dalam puisinya "Yang Terampas dan yang Putus".
"Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d)..."
Chairil seperti sudah tahu bahwa tanah itu akan menjadi peristirahatan terakhirnya.
Namun malam itu, lewat puisi Anwar, Chairil tidak mati. Ia hadir kembali: muda, gelisah, mencintai, dan menulis. Sosok Mirat, perempuan yang pernah mengisi hidup Chairil, turut hidup dalam larik-larik yang menyayat dan jujur.
Lebih dari sekadar pembacaan puisi, momen itu menjadi pengingat bahwa Chairil tidak pernah selesai ditulis. Indonesia mengenangnya dua kali setahun: pada 28 April (Hari Puisi Nasional—hari wafat Chairil) dan 22 Juli (Hari Puisi Indonesia—hari kelahiran Chairil). Dua tanggal, satu nama, seribu pengaruh.
Usai pengukuhan pengurus Dewan Kesenian Palembang di pagi harinya, malam menjadi milik kata-kata. Lawang Borotan menjelma teater langit terbuka, di mana penyair, pelajar, selebgram, dan masyarakat umum bersatu dalam satu napas: puisi.
Dan dalam napas itulah, Chairil—yang keras kepala dan mencintai kebebasan—kembali hidup. Bukan di Karet. Tapi di dada-dada yang masih bisa merinding ketika mendengar puisinya.
Al-Fatihah untuk Chairil. Tapi juga: selamat datang kembali
Seperti diketahui, pagi Jumat Pengurus DKP periode 2024-2029 dikukuhkan oleh Wakil Walikota Palembang, Prima Salam.
Ketua M Nasir didampingi Faldi Lonaro sebagai sekretaris, dan Krismadi Rahmawan sebagai bendahara dan Irfan Kurniawan sebagai Ketua Program.