pariwisata-kebudayaan

Angkat Martabat Rempah, Unitas Palembang Gaungkan Semangat Nusantara

DNU
Rabu, 21 Mei 2025 | 18:34 WIB
SMB Iv jadi Narsum diskusi rempah (Dok)

 

KetikPos.com--Selasa (20/5/2025) sore, aroma sejarah dan masa depan tercium kuat dari Kampus Universitas Tamansiswa Palembang. Bukan dari dapur, melainkan dari podium intelektual:

Seminar Nasional Strategi Kebijakan Pemberdayaan dan Budidaya Petani Rempah Nusantara digelar megah, bersamaan dengan penandatanganan MoU, MoA, dan IA lintas fakultas — dari Hukum, Ekonomi, ISIP, Pertanian, hingga Teknik.

Tak sekadar seremoni, momen ini juga menjadi titik penting dalam perpanjangan kemitraan antara Universitas Tamansiswa Palembang dan Kesultanan Palembang Darussalam (KPD). Sebuah kolaborasi lintas zaman — antara intelektualitas kampus dan kearifan sejarah kerajaan.

Hadir sebagai pembicara utama, Sultan Palembang Darussalam, SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH MKn, membawa peserta menyusuri jejak panjang rempah yang telah eksis bahkan sebelum kejayaan Sriwijaya. Ia menggambarkan taman kehidupan dalam Prasasti Talang Tuo, menanamkan benih bahwa tradisi bercocok tanam bukan sekadar urusan perut, tapi peradaban.

“Palembang sejak dahulu adalah simpul dunia — bangsa Arab, Tiongkok, India, hingga Eropa pernah bersandar di pelabuhan ini, membawa dagangan, menukar budaya,” tutur SMB IV. Ia menyebut Sungai Musi sebagai saksi bisu transaksi lintas benua: dari lada, sutra, hingga keramik Tiongkok.

Tak hanya mengulas sejarah, Sultan juga mengingatkan pentingnya membangkitkan kejayaan rempah sebagai komoditas unggulan masa depan. Lada Palembang, yang baru naik daun sejak abad ke-15, pernah mengguncang dunia perdagangan lewat perjanjian monopoli VOC tahun 1642, sebelum akhirnya Palembang bangkit melawan dan membakar Kraton Kuto Gawang pada 1659.

Kisah 'libang tukon' — sistem barter rempah rakyat dengan garam dan kain — menjadi simbol ekonomi rakyat yang bermartabat.

Sementara itu, Prof. Suso Mourelo dari University Rey Juan Carlos, Spanyol, mengaku tersihir oleh kekayaan rempah dan sejarah nusantara sejak pertama kali menjejakkan kaki di Indonesia. Seminar ini, menurutnya, adalah ruang dialog global untuk menggali bukan hanya ekonomi, tapi identitas.

Juga hadir Ketua Umum Sarekat Hijau Indonesia, Ade Indriani Zuchri M.Sos, serta akademisi Unitas Palembang, Dr. Sisnayati ST MT, memperkaya perspektif dari sisi kebijakan, sosial, dan teknologi.

Unitas Palembang tak hanya mengangkat rempah secara akademik, tapi juga secara diplomatik — membangun jembatan antara kampus, kesultanan, dan masyarakat. Dari rempah, lahirlah napas baru peradaban.

 

Tags

Terkini