“Semangat juang dan karya sastra seperti Syair Burung Nuri yang ditulis SMB II di pengasingan menjadi pelajaran penting bagi generasi kini dalam memahami perjuangan, kesusastraan, dan diplomasi budaya,” ujar Rinto.
Sekilas Tentang Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia lahir di Palembang pada 23 November 1767 (1 Rajab 1181 H) dan diangkat sebagai Sultan Palembang pada 12 April 1804 (22 Zulhijah 1218 H), menggantikan ayahandanya Sultan Muhammad Bahauddin.
Selama masa kepemimpinannya, SMB II dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, strategis, religius, dan literatif.
Ia adalah penghafal Al-Qur’an (Al-Hafiz), penyair, diplomat ulung, dan pejuang yang tangguh dalam menghadapi penjajah Inggris dan Belanda.
Salah satu konflik besar yang melibatkan beliau adalah pertempuran memperebutkan Pulau Bangka, yang kaya akan timah dan rempah.
Akibat tipu daya Belanda, SMB II akhirnya diasingkan ke Ternate pada 3 Juli 1821 dan menetap di sana hingga wafatnya pada 26 September 1852.
Selama pengasingannya selama 35 tahun, beliau tetap aktif dalam kegiatan keagamaan, intelektual, dan kebudayaan.
Dengan status baru sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional, diharapkan situs makam SMB II di Ternate serta dua situs lain di Maluku Utara dapat terus dilestarikan dan menjadi sumber inspirasi sejarah serta edukasi lintas generasi di Indonesia.