pariwisata-kebudayaan

Jumputan Palembang: Warisan Sriwijaya yang Terus Bersinar di Tengah Modernitas

Rabu, 25 Juni 2025 | 10:03 WIB
Jumputan warna biru itu punenarikinaynIbu Febi Herman Deru (Dok)

 

KetikPos.com - Di tengah gemerlap mode modern, kain jumputan Palembang tetap bertahan sebagai simbol kejayaan masa lalu dan identitas budaya Sumatera Selatan. Warisan tekstil yang dikenal dengan motif titik-titik simetris dan warna-warna cerah ini tak hanya indah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang membentang sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.

Menurut sejumlah sejarawan, teknik pembuatan kain jumputan sudah dikenal sejak abad ke-7 hingga ke-9 Masehi. Dipengaruhi oleh budaya India dan Tiongkok yang masuk lewat jalur perdagangan maritim, teknik ikat celup (tie dye) kemudian berkembang pesat di wilayah Palembang yang kala itu menjadi pusat peradaban Sriwijaya.

Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, kain jumputan menjadi busana kebanggaan kaum bangsawan. Warna-warna berani seperti merah menyala, hijau zamrud, dan kuning emas melambangkan kemegahan, sementara motif-motif seperti melati, bintang beralih, hingga kembang jepri dipercaya mengandung makna filosofis tersendiri.

"Jumputan bukan sekadar kain, tapi simbol sejarah, kreativitas, dan perjuangan perempuan Palembang," ujar Ibu Azizah, seorang pengrajin jumputan di kawasan Tangga Buntung, yang sudah menekuni kerajinan ini sejak usia 15 tahun.

Kini, di tengah gempuran busana instan dan digital printing, kain jumputan bangkit kembali. Pemerintah daerah, komunitas kreatif, dan desainer muda aktif mempopulerkan kain ini dalam bentuk busana modern, aksesoris, hingga dekorasi interior. Bahkan, dalam acara pernikahan adat, kain jumputan tetap menjadi elemen penting busana pengantin Palembang yang dipadukan dengan songket.

"Ini bukan tren semata, tapi gerakan mencintai budaya sendiri," ujar Dinda, desainer muda Palembang

 

Tags

Terkini