Kanvas Sebagai Panggung Sunyi
Di sudut Lawang Borotan, musik menjadi warna, suara menjadi garis, dan irama menjadi bentuk. Seorang pelukis yang terlibat bahkan berkata, “Saya tidak tahu apa yang saya lukis, tapi saya bisa merasakan warna dari bunyi itu.”
Ketua DKP, Muhammad Nasir, menegaskan bahwa Parade Bebunyian bukan sekadar event pertunjukan, melainkan ruang tafsir dan pertemuan antarindera.
“Inilah Palembang. Kota yang tak hanya melestarikan seni, tapi mengembangkan dengan keberanian menabrak batas antar cabang,” katanya.
Kolaborasi Kawan Lamo dan Semangat Lintas Medium
Sebagai penggagas utama bersama Dewan Kesenian Palembang, Komunitas Kawan Lamo menunjukkan konsistensi membangun ekosistem seni yang terbuka dan egaliter.
“Kami ingin seni tidak dibatasi medium. Bunyi bisa dilihat, gambar bisa didengar. Yang kita butuhkan hanya keberanian untuk membuktikan itu,” ucap M. Fitriansyah, Ketua Kawan Lamo.
Parade Bebunyian: Palembang sebagai Panggung Lintas Indra
Parade Bebunyian tahun ini bukan hanya festival musik, tapi eksperimen rasa. Mulai dari pertunjukan musik tradisi dan eksperimental, hingga respons visual dari seniman rupa, semua menyatu dalam satu napas kesenian.
Hari pertama Parade Bunyian dihadiri juga antara lain oleh Ketua DKSS Ms Iqbal Rudianto dan Sekjen Qusoi, Ketua KKPP Kgs M.Riduan, Ketua Komite musik, Moh, Dari Dinas Pariwisata , Fahmi dan dari Disbud Heru. juga hadir Gubernur IBF chapter Sumsel, Beng-Beng.