pariwisata-kebudayaan

Juara Tekor, Bidar Tradisional Jadi Warisan yang “Mahal”

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 21:52 WIB
Ironinya, hadiah di lomba bidar mini justru lebih fantastis. Ada event yang bahkan menyiapkan satu unit mobil untuk juara pertama. Sementara bidar tradisional yang masuk Kharisma Event Nusantara (KEN) dan sudah jadi atraksi nasional, hadiahnya masih relatif kecil. (dok)

Tradisi yang Menjadi Identitas

Menurut Mang Dayat, tahun ini Festival Bidar kembali ke “akar” dengan digelar serangkaian HUT RI, bukan lagi HUT Palembang. Sementara Kristanto menekankan pentingnya menanam kayu dari sekarang agar 10–20 tahun mendatang bahan untuk membuat bidar tetap tersedia.

Bagi HM Husin, persoalan bidar bukan sekadar hadiah. “Ini soal pelestarian warisan budaya. Kalau tidak dikelola serius, tradisi bisa hilang. Dan itu kerugian besar, bukan hanya bagi penggiat bidar, tapi juga untuk Palembang,” katanya.

Baca Juga: Sungai Musi Jadi Panggung, Wali Kota Ratu Dewa Buka Festival Perahu Bidar 2025

Antara Gengsi dan Tekor

Bagi warga Pemulutan dan daerah lain, ikut bidar tradisional lebih soal gengsi dan kehormatan kampung daripada uang. Tapi kalau ongkos perawatan terus membengkak tanpa dukungan, sulit membayangkan bagaimana tradisi ini bisa bertahan lama.

Gemuruh tepukan di tepian Musi mungkin akan selalu ada. Tapi selama juara pun masih tekor, pertaruhan terbesar bukanlah siapa yang lebih cepat mendayung—melainkan siapa yang masih sanggup mempertahankan warisan ini dari kepunahan.

Halaman:

Tags

Terkini