pariwisata-kebudayaan

Mural Grafiti Hadirkan Wajah Sungai Musi: Dari Jembatan Ampera hingga Antu Banyu

Senin, 8 September 2025 | 10:07 WIB
Welcome to Palembang Belagak dan Wong Kito Galo (dok)

 

Palembang – Sungai Musi, nadi kehidupan Kota Palembang, menjadi salah satu objek menarik yang diangkat dalam lomba mural Grafiti yang digelar DKP bersama Gen RD dengan dukungan Pemkot Palembang, Sabtu (6/9/2025).

Para peserta tidak hanya menorehkan warna, tetapi juga menangkap fenomena Musi dari dua sisi: di atas permukaan dan di bawah permukaan air.

Wong Kito Galo, atas dan bawah air bro (dok)

Di atas permukaan, mural menampilkan ikon-ikon khas Palembang. Jembatan Ampera menjulang megah, berdampingan dengan kelenteng yang berdiri anggun di tepi sungai.

Kehidupan masyarakat pesisir, perahu-perahu kecil, hingga suasana perdagangan tradisional ikut ditampilkan, merekam denyut Musi sebagai pusat aktivitas sejak masa lampau hingga kini.

Tak kalah menarik, di bawah permukaan air, mural menghadirkan dunia Musi yang jarang terlihat mata. Para pelukis menggambarkan kekayaan harta karun yang tersembunyi—kapal karam peninggalan masa lalu, keramik, hingga benda-benda bersejarah yang konon masih terpendam.

Makhluk hidup penghuni sungai seperti ikan juga tergambar hidup, dipadu dengan simbol-simbol mistis seperti antu banyu, roh yang diyakini mendiami arus dalam Musi.

Di lokasi depan kantor Pos, beragam isi Sungai Musi seakan dimuntahkan dalam tembok yang berukuran cukup luas itu. Bersembunyi dalam dinginnya air, harta karun itu seakan mengintip untuk "disedot".

Sementara di salah satu mural di lokasi simpang Charitas, dua ekor ikan besar seakan menari diantara arus yang tenang dan bersih. Seakan tak terusi oleh gelombang hempasan tongkang-tongkang pengangkut emas hitam (batubara) yang semakin padat.    

Ketua DKP Palembang, M. Nasir, menyebut karya ini sebagai refleksi bahwa Sungai Musi bukan sekadar bentang alam.
“Melalui mural, kita diingatkan bahwa Musi adalah warisan besar, menyimpan sejarah, budaya, dan kekayaan alam yang luar biasa,” ujarnya.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana, Febri Zulian, menilai keberanian peserta mengangkat Musi dari dua dimensi—atas dan bawah—adalah ide segar.
“Jarang ada yang berani menyajikan Musi dengan cara seperti ini. Dari Ampera sampai antu banyu, semuanya jadi satu bahasa visual yang memikat,” katanya.

Mural bertema Musi ini menunjukkan bahwa seni jalanan bisa jadi jendela baru: mengajak warga melihat sungai bukan hanya sebagai aliran air, tapi sebagai ruang penuh cerita, misteri, dan identitas Palembang

 

Tags

Terkini