Namun seiring masuknya televisi dan hiburan modern, pamor Dul Muluk meredup. Satu per satu grup bubar. Kini, Wak Pet tak lagi memimpin grup, melainkan tampil sebagai aktor utama di berbagai kelompok yang masih bertahan. Nama Wak Pet menjadi magnet: pertunjukan baru dianggap “sah” bila dirinya hadir.
Ekonomi: Realita yang Tak Pernah Mudah
Popularitas di panggung tidak berarti kesejahteraan di rumah. Sejak 1982, Wak Pet harus menutup kebutuhan hidup dengan berjualan kaset, vcd, dan dvd di Pasar Cinde. Pendapatannya hanya sekitar Rp50.000–Rp100.000 per hari—jauh dari cukup untuk keluarga besar.
Ironisnya, ketenaran sebagai ikon Dul Muluk tidak membuat lapaknya lebih ramai. Bahkan ia sempat ditangkap Satpol PP karena dituduh menjual vcd bajakan. Ia dilepas setelah berdebat panjang dan justru mengajari aparat cara membedakan yang asli dan palsu.
Hari ini, di rumah sederhananya di Lorong 170, RT 013 RW 003, 14 Ulu, Palembang, ia tetap hidup bersama anak-cucu. Sebagai seniman, ia memang tidak pernah menghitung untung-rugi. Yang ia tahu: seni adalah panggilan jiwa, meski kadang harus berhadapan dengan perut kosong.
Apresiasi yang Layak
Di tengah keterbatasan itu, Profesor Mahyuddin Award 2025 hadir sebagai pengakuan. Wak Pet tidak hanya aktor, ia adalah penjaga api tradisi Dul Muluk, sebuah warisan budaya Palembang yang hampir padam.
Kisah hidupnya menegaskan dilema abadi para seniman: memilih idealisme atau menyerah pada tuntutan ekonomi. Wak Pet memilih setia, meski hidup sederhana.
Anugerah ini bukan sekadar penghormatan untuk dirinya, tetapi juga pesan moral bagi generasi muda: bahwa seni bukan sekadar hiburan, tetapi juga jembatan sejarah, identitas, dan harga diri sebuah kota.
Wak Pet, sang maestro Dul Muluk Palembang — di antara idealisme berkesenian dan perjuangan hidup, tetap berdiri tegak, membawa obor seni tradisi untuk terus menyala.
Profesor Mahyuddin Award 2025: Menghargai Sosok yang Menjaga Nilai Kebenaran, Kebaikan, dan Keadilan
Palembang, 14 September 2025 – Dalam rangka memperingati hari lahir Prof. Mahyuddin (14 September 1947), Profesor Mahyuddin Institute kembali menganugerahkan Profesor Mahyuddin Award 2025 kepada tokoh-tokoh inspiratif yang telah berkontribusi nyata di bidangnya masing-masing.
Dengan mengusung nilai Kebenaran, Kebaikan, dan Keadilan, penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi, kerja keras, dan pengabdian yang membawa manfaat bagi masyarakat luas.
Baca Juga: Profesor Mahyuddin Award 2025: Dari Langkah Perdana ke Perluasan Inspirasi