pariwisata-kebudayaan

Menteri Fadli Zon Buka Pameran Prangko “Para Pendiri Bangsa” di Kota Tertua Palembang

Senin, 20 Oktober 2025 | 17:54 WIB
Menteri Fadli Zon Buka Pameran Prangko “Para Pendiri Bangsa” di Kota Tertua Palembang (Dok)


Palembang Hidupkan Kembali Semangat Kebudayaan Lewat Filateli dan Museum

KeikPos.com, Palembang – Tak jauh dari tepian Sungai Musi, semilir angin pagi membawa suasana hangat di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II), ketika Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon secara resmi membuka Pameran Prangko “Para Pendiri Bangsa” dan Jumpa Museum 2025, Senin (20/10).
Acara ini menjadi momentum penting kebangkitan kebudayaan nasional di Palembang, kota tertua di Indonesia yang kini berusia 1.342 tahun.
Dalam sambutannya, Menteri Fadli Zon menegaskan bahwa filateli—hobi mengoleksi prangko—bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi juga cermin perjalanan bangsa.
“Hobi filateli sudah dikenal sejak lama sebagai king of hobbies, hobi para raja,” ujar Fadli. “Prangko tidak hanya alat komunikasi atau pembayaran, tetapi juga penanda sejarah, cerminan seni, dan media pembelajaran budaya.”
Fadli mengungkapkan, meskipun era digital telah mengubah cara manusia berkomunikasi, prangko tetap hidup dan terus diproduksi oleh PT Pos Indonesia. Dalam rangka memperingati 80 tahun Indonesia merdeka, pemerintah meluncurkan seri prangko “Para Pendiri Bangsa”, menampilkan 79 tokoh anggota BPUPK dan satu tokoh dari PPKI.
“Indonesia mulai mencetak prangko sejak 1864, dan hingga kini prangko masih menjadi arsip sejarah yang hidup,” katanya.
Palembang, Kota Tertua dan Penjaga Peradaban
Pemilihan Palembang sebagai tuan rumah pameran, menurut Menteri, bukan tanpa alasan.
“Palembang adalah kota tertua di Indonesia, pusat peradaban yang pernah melahirkan Sriwijaya. Sungai Musi menyimpan banyak jejak sejarah dan budaya, dari tembikar kuno hingga keramik Cina,” tutur Fadli saat meluncurkan buku tentang temuan keramik Cina di Sungai Musi.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa mega-diversitas budaya, dengan ribuan ekspresi lokal mulai dari bahasa, kuliner, hingga kesenian.
“Kebudayaan adalah fondasi jati diri bangsa. Museum harus hidup, menarik, dan punya storytelling agar masyarakat mau datang dan belajar dari sejarahnya,” ujarnya.
Fadli mendorong agar museum di Indonesia tak hanya menjadi ruang penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga pusat creative economy dan cultural industry yang produktif.
Dukungan Daerah: Palembang Semakin Berdaya Budaya
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyebut kehadiran Menteri Kebudayaan sebagai semangat baru bagi dunia kebudayaan Sumsel.
“Palembang bukan hanya kota tertua, tapi juga kota yang melahirkan banyak tokoh nasional berdarah Sumsel. Ini momentum memperkuat kebanggaan daerah,” katanya.
Sementara Wali Kota Palembang H. Ratu Dewa menilai tema pameran dan Jumpa Museum 2025 sebagai wujud nyata bahwa museum harus menjadi ruang publik yang hidup, kolaboratif, dan edukatif.
Pada kesempatan itu, ia juga mengumumkan kabar membanggakan: tiga Warisan Budaya Takbenda (WBTb) asal Palembang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan sebagai WBTb Indonesia Tahun 2025, yaitu:
Aesan Paksangko (busana adat pengantin Palembang),
Rumah Rakit Palembang, dan
Bubur Suro Palembang.
“Penetapan ini menjadi bukti nyata bahwa Palembang berkomitmen menjaga dan menghidupkan warisan leluhur,” ujar Ratu Dewa, menambahkan bahwa Museum SMB II kini berstatus Museum Tipe A dengan sertifikat Standar Nasional, menandakan pengelolaan profesional berskala nasional.

80 Prangko, 1 Semangat Kebangsaan
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Sulaiman Amin menjelaskan, pameran kali ini merupakan hasil kolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan dan Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI).

Pelantikan pengurus Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Sumsel yang dipimpin M Affan Mahali (Dok)

“Ini pertama kalinya pameran prangko bertema Pendiri Bangsa digelar di Indonesia, dan Palembang menjadi kota pembuka,” jelasnya.
Sebanyak 80 prangko bergambar tokoh-tokoh perintis kemerdekaan dipamerkan, masing-masing dilengkapi dengan kisah perjuangan mereka, serta koleksi dokumen, buku kuno, dan artefak sejarah Palembang.
Bersamaan dengan itu, digelar pula Jumpa Museum 2025 (20–21 Oktober) yang menghadirkan pertunjukan Tanjidor, Seni Dulmuluk, dan Tari Kreasi Sumatera Selatan, melibatkan seniman-seniman lokal.
Museum untuk Semua
Pemerintah Kota Palembang menargetkan 30 ribu pengunjung museum tahun ini. Hingga Oktober 2025, kunjungan baru mencapai 12.500 orang, dengan pendapatan retribusi Rp58 juta dari target Rp80 juta.
Harga tiket tetap terjangkau:
Anak-anak Rp2.000
Dewasa Rp5.000
Wisatawan mancanegara Rp20.000.
Dengan kemasan baru dan dukungan acara berskala nasional, Museum SMB II diharapkan menjadi magnet baru wisata budaya Palembang.
“Museum bukan sekadar tempat menyimpan benda kuno, tapi tempat masyarakat berdialog dengan sejarah dan membangun masa depan kebudayaan,” tutup Fadli Zon.
Apakah kamu ingin saya bantu tambahkan kutipan atau narasi pembuka yang lebih puitis dan menggugah suasana pameran

Tags

Terkini