pariwisata-kebudayaan

Dedet Sutrisno dan Api di Panggung: Menjiwai “SMB II, Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan” Sosok di Balik Harimau Palembang

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:54 WIB
"Sultan" bersama para mahasiswa yang menyaksikan SMB II Harimau yang tak deapat dikalahkan. (dok)

KetikPos.com, Palembang -- Cahaya panggung meredup. Di tengah denting musik gamelan dan sorot lampu kuning, seorang pria berdiri tegak mengenakan busana kebesaran Kesultanan Palembang.
Tatapannya tajam, suaranya tegas, tapi ada getar yang dalam ketika ia mengucap kalimat terakhir:

“Melawan tidak, menyerah pun tidak. Kalian bisa menguasai ragaku, tapi tidak jiwaku yang merdeka.”

Ruang Graha Budaya mendadak sunyi sesaat, lalu tepuk tangan bergemuruh.
Di balik peran besar itu, berdiri seorang aktor yang tubuhnya masih basah oleh keringat dan jiwanya penuh semangat: Dedet Sutrisno, atau akrab disapa Endet.
Dialah pemeran utama dalam teater “SMB II: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan”, produksi Komunitas Batanghari 9 (KObar 9), yang selama lima hari berturut-turut memikat 3.200 penonton di Graha Budaya Taman Budaya Sriwijaya, Palembang.

Baca Juga: Teater SMB II: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan — Sebuah Penutup yang Membanggakan, Inilah Para Pemainnya

Tantangan Menjadi Raja

Bagi Endet, memerankan Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) bukan sekadar menghapal naskah atau mengatur gestur tubuh. Ia harus menyelami sosok pemimpin sejati, seorang raja yang berani melawan penjajahan, sekaligus manusia yang merasakan cinta, kehilangan, dan pengasingan.

“Ada 27 halaman dialog yang harus saya hafal dan hayati,” ujarnya sambil tersenyum lelah. “Tapi yang paling berat bukan hafalan, melainkan menjaga energi dan emosi agar tetap hidup di setiap pertunjukan. Kadang sehari kami main dua kali, pagi dan sore, dan tiap penonton layak mendapat penampilan terbaik.”

Selama berbulan-bulan latihan, Endet mempelajari catatan sejarah SMB II, membaca ulang kisah pengasingannya ke Ternate, hingga mempelajari cara berbicara dan bergerak khas bangsawan Melayu Palembang.
“Setiap gerakan tangan, nada bicara, dan cara berjalan harus memiliki makna,” katanya. “SMB II bukan sekadar pahlawan, dia lambang martabat dan harga diri Palembang.”

Penunjukan Endet menjadi Sultan memang seperti cukup pas. Dari bangku penonton pun,  terdengar bisik-bisik yang menyatakan SMB II di panggung itu mirip sekali dengan wajah SMB II yang ada uang 10 ribuan dan gambar-gambar yang sering mereka lihat.

"Ya, memang banyak yang mengatakan demikian. Ada juga yang menyatakan langsung," ujar Endet.   

Baca Juga: Teater “SMB II: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan” Diserbu Penonton, 3.200 Orang Padati Graha Budaya

Bikin Was-Was

Siapa yang tak was-was, manakala 'pengantin' sempat menghilang tanpa jejak.  Tak ada kabar, tak ada informasi, sehari sebelum pementasan, tiba-tiba sang "Sultan" menghilang bak ditelan bumi.

Tentu saja, produser, sutradara, para pemain sempat blingsatan. Keluarga, bahkan istrinya pun tak tahu dimana   rimbanya. Termasuk adiknya, M Fitriansyah, Ketua Komunitas Kawan Lamo, juga sempat mencari dan melacak keberadaannya.

Halaman:

Tags

Terkini