pariwisata-kebudayaan

Dedet Sutrisno dan Api di Panggung: Menjiwai “SMB II, Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan” Sosok di Balik Harimau Palembang

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:54 WIB
"Sultan" bersama para mahasiswa yang menyaksikan SMB II Harimau yang tak deapat dikalahkan. (dok)

Tempat latihan di Gedung Kesenian pun tak tampak batang hidungnya. Pencarian dan pelacakan sepertinya intens dilakukan meskipun secara senyap.

"Takut nanti bikin gusar pemain lain dan berpengaruh terhadap pementasan," ujar para petinggi Kobar 9 sedikit berbisik.

Bukan hal sepele, kalau sampai pementasan di hari pertama tiba-tiba pemain utamanya tak hadir. 

Dan alhamdulillah, tiba-tiba Ndet muncul, dengan gayanya yang khas.

"Saya intropeksi diri. Karena masih banyak kesalahan dan belum siap secara mental. Mkaanya, perlu menyendiri dan melakukan penenangan diri secara spiritual," ujar Ndet yang dulu awalnya bergabung di Teater 707  bersama seniornya, Toton Dai Permana.

Sembari tertawa, Ndet mengaku sempat tak pede juga memainkan peran sebagai SMB II. 

"Tapi saya yakin, yang saya lakukan ini bukan sekadar untuk Palembang, tapi untuk sejarah Indonesia. Bagaimana peran saya itu, nanti akan terpatri di sejarah Palembang Darusalam, yang akan menyelam di benak-benak anak-anak generasi muda<,' tambah Endet yang banyak berguru dengan tokoh-tokoh teater di Sumsel, seperti almarhum Asril Chaniago, Vebri, Yos Ilyas, Mang Jaid Saidi, dan lain-lain. 

Baca Juga: Teater “Sultan Mahmud Badaruddin II” Hari Keempat: Panggung yang Menyatukan Sejarah, Seni, dan Dunia Pendidikan

Kalau wajah dan postur SMB II yang tak ada petunjuk nyata bisa dilukiskan almarhum Eden Arifin, makan peran dan perilaku serta perkataan SMB II, bisa dilihat dari akting Endet di "SMB II Harimau yang tak dapat dikalahkan".

Meskipun, menurut informasi, peran yang sama juga pernah diperankan orang lain di cerita dan teater lain, termasuk oleh Vebri Al Lintani.

Peran yang Menyalakan Api

Sutradara dan penulis naskah, Vebri Al Lintani, menyebut Endet sebagai aktor dengan disiplin dan totalitas tinggi.

“Saya butuh seseorang yang bukan hanya bisa berakting, tapi juga membakar panggung,” ujar Vebri. “Endet memiliki energi itu. Ketika ia bicara sebagai SMB II, kita bisa merasakan getarannya — bukan pura-pura gagah, tapi betul-betul menghidupi perjuangan.”

Dalam pementasan berdurasi dua jam lebih itu, Endet harus menampilkan sisi kompleks SMB II: pemimpin bijak, ayah yang penuh kasih, suami yang kehilangan, sekaligus pejuang yang pantang tunduk.
Adegan pengasingan di Ternate menjadi bagian paling menguras emosi — ketika SMB II menatap laut, mengingat Palembang yang dirampas, dan bersumpah tidak akan menyerah.

“Di bagian itu saya selalu bergetar,” kata Endet lirih. “Saya bayangkan bagaimana rasanya menjadi raja yang dijauhkan dari tanahnya sendiri.”

Halaman:

Tags

Terkini