Menjaga Api Tradisi di Tengah Arus Glob
Ketua Dewan Kesenian Palembang DKP) menegaskan pentingnya menjaga keberlangsungan seni tradisi di tengah tantangan modernitas.
“Semangat Sumpah Pemuda tidak boleh berhenti di seremoni. Seni tradisi harus tetap hidup, seni nasional terus berkembang, dan seni dunia dapat menjadi inspirasi yang memperkaya khazanah bangsa,” ujarnya.
Pernyataan ini menjadi refleksi mendalam bahwa Palembang, sebagai kota bersejarah dan pusat budaya Melayu-Sriwijaya, memikul tanggung jawab moral dalam menjaga warisan bangsa.
Kolaborasi Penutup: Harmoni dalam Satu Suara
Menjelang akhir acara, kolaborasi tari dan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Tim Magang Universitas PGRI Palembang dan Sanggar Blok E Art Company menjadi klimaks penuh emosi.
Penampilan tari “Tightrope” dan musik solo Fatimah Azzahra Gita Dranie menutup malam dengan nuansa megah dan haru.
Acara dipandu dengan apik oleh Winda Wulandari dan Desi Ashari, didukung penuh oleh para pembina serta mahasiswa Prodi Seni Pertunjukan dan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang.
Sumpah Pemuda, Seni, dan Masa Depan
Dari panggung seni Palembang, semangat Sumpah Pemuda kembali menyala.
Bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi menghidupkan nilai-nilai persatuan, kreativitas, dan kebudayaan dalam wujud nyata.
Suara kendang terakhir malam itu seakan berpesan:
Selama pemuda Indonesia masih berkarya,
Maka api Sumpah Pemuda takkan pernah padam.