pariwisata-kebudayaan

Hari Ketiga Pekan Seni: Kanvas, Layar, dan Catwalk

Rabu, 26 November 2025 | 10:38 WIB
Malam ketiga pekan seni dimeriahkan musik, fashion show dan baca puisi (Dok)

Ketua Komite Film, Rifqi Mardani, memanfaatkan momentum ini untuk mengajak para film maker muda di Palembang untuk terus menggali khazanah seni tradisi.
“Ketika tradisi dan film bertemu,” ujarnya, “kota kita tidak hanya tampil cantik, tetapi juga bertenaga. Itulah tanggung jawab seniman terhadap daerahnya.”

Dalam sambutannya, Ketua DKP M. Nasir kembali menekankan pentingnya regenerasi. Ia berharap semakin banyak lahir aktor, penulis skenario, kameramen, hingga sutradara dari Palembang—bukan sekadar berkarya, tetapi mampu menghidupkan denyut seni film kota.

Ketika Catwalk Menyala & Musik Bergema

Malam hari, panggung berubah total. Lampu-lampu menyala, musik mengalun, dan arena berubah menjadi catwalk raksasa. Fashion Show dari Cah Bagus dan Cah Ayi membuka malam dengan karya wastra lokal yang dirancang modern tanpa meninggalkan akar tradisinya. Tekstur songket, motif limas, hingga warna-warna Palembang tampil dalam interpretasi baru, menggambarkan semangat anak-anak muda yang kreatif dan penuh keberanian.

Penampilan ditutup oleh Fashionista, yang membawa konsep futuristik namun tetap menyisipkan elemen etnik. Setiap langkah model yang melintas membuat tepuk tangan penonton pecah.

Tak kalah meriah, parade band-band muda turut mengisi panggung:
Gatot & Friend, Rapsody, Just Tonight feat Mpit, Queen Bee feat MLR, Moska, hingga Ecercise sebagai penutup. Suara gitar, cajon, dan synth menjadi latar energi anak muda yang memperlihatkan bahwa seni bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang gairah kekinian.

Suasana semakin hangat ketika Septa Marus (Sekdis Kebudayaan) dan Heru (Kabid Kesenian) turut naik ke panggung membawakan lagu bersama band Just Tonight. Penonton bersorak, dan panggung terasa seperti milik semua orang.

Wastra lokal kembali menjadi sorotan ketika CACB menghadirkan koleksi khusus yang memadukan gaya urban dengan motif Palembang. Inilah momen ketika panggung malam tak hanya memamerkan busana, tetapi juga identitas budaya.

Mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Sulaiman Amin, Sekdis Septa Marus menyampaikan apresiasi atas kolaborasi antarkomite yang semakin berani dan kreatif.
“Perpaduan antara seni tradisi dan seni modern adalah masa depan,” tegasnya. “Dan hari ini kita melihat itu terjadi.”

Ketua DKP M. Nasir menutup malam dengan penegasan bahwa dukungan terhadap Ratu Sinuhun tidak hanya hadir dalam seminar atau diskusi sejarah, tetapi juga tersirat dalam karya-karya seni yang ditampilkan sepanjang pekan.
“Kita ingin masyarakat mengenal kebesaran Ratu Sinuhun bukan hanya dari buku, tetapi juga melalui seni yang hidup di hadapan mereka.”

Halaman:

Tags

Terkini