pariwisata-kebudayaan

Pementasan Pantomim “Musiku Musimu”: Menyibak Kehidupan Sungai Musi Lewat Gerak Tanpa Kata

Senin, 24 November 2025 | 20:46 WIB
Pementasan Pantomim “Musiku Musimu”: Menyibak Kehidupan Sungai Musi Lewat Gerak Tanpa Kata (Dok)


KetikPos.com, Palembang,— Suasana Graha Taman Budaya Sriwijaya, Minggu (23/11/2025), berubah menjadi ruang imajinasi yang hidup ketika 30 pemain muda dari berbagai sekolah di Palembang menampilkan pementasan pantomim bertajuk “Musiku Musimu”. Pertunjukan yang diinisiasi Palembang Mime Club bersama Blok E Art Company ini menghadirkan potret kehidupan masyarakat pinggiran Sungai Musi melalui bahasa tubuh yang ekspresif—tanpa satu kata pun terucap.
Para pemain berasal dari ragam komunitas teater pelajar, seperti Teater Askuter SMK Muhammadiyah 1, Teater Terkam SMKN 6, Teater Satu Dua SMPN 12, serta sejumlah seniman muda independen. Keikutsertaan generasi muda dalam jumlah besar menjadi salah satu daya tarik utama pementasan ini.
Seni Pantomim yang Kembali Mengemuka di Palembang
Ketua Dewan Kesenian Palembang yang turut hadir dalam acara tersebut memberikan apresiasi khusus terhadap kebangkitan seni pantomim di kota ini. Ia menilai seni gerak ini masih jarang dipentaskan, namun memiliki kekuatan komunikasi yang tidak dimiliki bentuk seni lainnya.
“Kita jarang sekali menyaksikan pantomim dimainkan. Berkat pelatihan dan pembinaan Wak Dolah kepada generasi muda, kita kembali disuguhkan pertunjukan yang langka namun penuh makna. Semoga lahir bibit-bibit baru dalam dunia pantomim,” ujarnya.
Dukungan Pelestarian Budaya dari Pemerintah
Kegiatan ini juga mendapat perhatian dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumsel, yang diwakili oleh Dedy. Ia menegaskan pentingnya komitmen bersama dalam menjaga keberlanjutan seni tradisi dan budaya lokal.
“Dukungan Dana Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan memungkinkan seni-seni lokal kembali tampil dan mendapat ruang. Kami berharap dukungan ini memicu para seniman untuk terus berkarya,” jelasnya.
Mengangkat Tema Sungai Musi: Nadi Kehidupan Palembang
Ketua pelaksana, M. Dandi Afriza, menjelaskan bahwa pementasan digarap melalui dukungan dana fasilitasi Pemerintah Tahun 2025. Tema besar Sungai Musi dipilih untuk mengajak penonton menyelami kehidupan masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai legendaris tersebut.
Nama-nama seniman muda seperti Saleh, Bebeg, Dedi Jordan, Sukma, dan Nasrulah turut memperkuat interpretasi gerak. Penggarapan musik dipercayakan kepada Randi dan Krismawan, visual oleh Rillo, sedangkan tata panggung ditangani Marta, Sonof, dan Koko. Pementasan ini berada di bawah arahan sutradara Wak Dolah dengan supervisi Hasan.
Tidak hanya dari kalangan seni, kegiatan ini turut didukung oleh berbagai komunitas dan organisasi seperti BPC HIPMI Palembang, RMPN, LED Project, Revinda Sound, hingga Jama Jama Project.
Wak Dolah: “Sungai Musi Menyimpan Kearifan yang Tak Pernah Habis”
Dalam keterangannya, sang sutradara Wak Dolah menegaskan bahwa pantomim dipilih sebagai medium karena mampu menembus batas bahasa.
“Sungai Musi bukan hanya air yang membelah kota. Ia menyaksikan tumbuhnya budaya, kebiasaan, dan dinamika sosial masyarakat. ‘Musiku Musimu’ adalah refleksi kehidupan itu—disampaikan dengan bahasa yang universal,” ungkapnya.
Ia berharap pementasan ini tidak hanya menjadi tontonan, melainkan juga ruang edukasi budaya yang menginspirasi generasi muda untuk menghargai sekaligus melestarikan kearifan lokal.
Ruang Kreatif Bagi Generasi Muda
Kehadiran pelajar dari jenjang SD, SMP, hingga SMK menjadi penanda bahwa pantomim dapat tumbuh sebagai seni yang inklusif. Panggung ini menjadi wadah bagi mereka untuk mengekspresikan gagasan dan mempelajari budaya Palembang melalui sudut yang lebih artistik.
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga budaya lokal, sekaligus mendorong lahirnya kegiatan serupa di berbagai daerah,” tutup Wak Dolah.
Menghidupkan Identitas Budaya Lewat Gerak
Dengan kolaborasi lintas komunitas, keberagaman ekspresi seni, dan tema yang menyatu dengan identitas masyarakat Palembang, pementasan “Musiku Musimu” tampil sebagai karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkaya wawasan budaya. Pertunjukan ini menjadi bukti bahwa seni pertunjukan—baik tradisional maupun kontemporer—masih memiliki tempat penting dalam memperkuat identitas lokal di tengah arus modernitas.

Tags

Terkini