pariwisata-kebudayaan

Kawan Lamo Diback Up BPK Wilayah VI: Bedah Lagu Daerah Sumsel Hadirkan Cara Baru Merawat Ingatan Kolektif

Senin, 8 Desember 2025 | 18:52 WIB
Bedah lagu daerah Sumsel oleh Komunitas Kawan lamo diback up BPK Wilayah VI (Dok)


KetikPos.com, Palembang — Ada yang berbeda di sudut-sudut kota Palembang selama pekan kedua Desember 2025.

Musik tradisi, kopi, diskusi santai, dan tawa anak muda berbaur dalam ruang yang tidak biasanya. Komunitas Kawan Lamo, dengan dukungan BPK Wilayah VI, menggelar program eksploratif bertajuk “Melodi Budaya, Irama Identitas”, sebuah acara bedah lagu daerah Sumatera Selatan dengan format yang tidak kaku: Music, Talk Show, dan Interactive Quiz.
Selama tiga hari, tiga tempat, dan tiga atmosfer yang berbeda, acara ini menyulap lagu lama menjadi cerita baru:
Senin, 8 Desember 2025 — Start Up Kopi (09.00–13.00 WIB)
Diskusi pertama dibuka dengan suasana yang intim. Lagu daerah diputar, peserta mendengar, lalu pembicara membongkar “rahasia” di balik lirik yang mungkin selama ini hanya dinyanyikan tanpa dipahami.
Rabu, 10 Desember 2025 — Bucu Cafe (13.00–16.00 WIB)
Forum semakin hidup, penonton mulai aktif bertanya. Ada yang penasaran tentang sejarah lagu, ada yang ingin tahu siapa pencipta aslinya.
Jumat, 12 Desember 2025 — Studio 12 (19.00–23.00 WIB)

Wanda Lesmana dan Lia berduet membawakan lagu Palembang (Dok)

Ini sesi yang paling emosional — musik live, gitar akustik, storytelling, dan Kawangamo Jamming menjadi titik puncak.
Lebih dari Sekadar Musik: Ini Bedah Identitas
Konsep bedah lagu daerah di sini bukan hanya memutar lagu kemudian membahas teknik musiknya. Yang dibahas adalah:
Konteks sosial saat lagu diciptakan
Simbol-simbol budaya dalam lirik
Pengaruh kolonial, Melayu, Arab, Jawa, dan lokal dalam harmoni
Filosofi petuah lama yang tersimpan dalam bait
Mengapa lagu daerah tertentu hanya dinyanyikan pada momen tertentu
Ada peserta yang terkejut mengetahui bahwa beberapa lagu daerah ternyata memiliki versi lama yang berbeda total dari versi modern, dan beberapa kata dalam lirik merupakan bahasa ulu yang hampir tidak dipakai sekarang.

Didukung Tokoh Pemerintah dan Budaya
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh, menandai sinergi langka antara musisi, komunitas, dan aparatur pemerintah:
Kepala Dinas Kebudayaan H. Sulaiman Amin
Plt. Kepala Dinas Pariwisata Palembang diwakili Kabid Destinasi dan Pemasaran Fahmi
Kepala BPK Wilayah VI diwakili Wanda Lesmana
Ketua DKP M. Nasir
Ketua KKPP KGS M. Riduan
Ketua Kobar 9, Fir Azwar
Ketua Gong Sriwijaya, Cheirman, dan para musisi serta mahasiswa Universitas PGRI dan siswa SMAN 6 Palembang serta SMK Antara
Kehadiran mereka bukan hanya simbolis, tetapi juga mengukuhkan bahwa budaya dapat dijaga dari ruang sederhana — bukan hanya gedung besar.

Bedah lagu daerah Palembang (Dok)

Pernyataan Menggugah: Pelestarian Tidak Harus Formal
Ketua Kawan Lamo, M. Fitriansyah, menyampaikan pesan lugas dalam sambutannya:
“Pelestarian itu tidak harus berformat seminar. Bisa melalui kopi, gitar, candaan, dan rasa ingin tahu. Lagu daerah harus hidup di pikiran, bukan hanya dipamerkan di panggung festival.”
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan H. Sulaiman Amin memberikan apresiasi terbuka:
“Kawan Lamo dan para musisi telah menghidupkan kembali apa yang hampir terlupakan. Ini model pelestarian yang perlu diperbanyak — kreatif, ringan, tetapi punya dampak.”
Wanda Lesmana dan Kawan Lamo Jamming: Bukti Lagu Lama Bisa Jadi Fresh
Salah satu momen yang paling disorot adalah special appearance Wanda Lesmana, yang disusul sesi musik jamming oleh Kawan Lamo. Lagu-lagu daerah Sumsel dipadukan dengan:
gitar elektrik yang renyah,
bass progresif,
dan vokal dengan improvisasi blues,
membuat peserta sadar bahwa lagu daerah bukan barang museum. Lagu daerah bisa nge-jazz, nge-rock, bahkan nge-pop jika dipahami dengan baik.

Interaktif dan Meriah: Belajar Budaya Lewat Kuis
Kuis interaktif membuat suasana cair dan tidak akademis. Peserta ditanya:
arti kata “irama”,
siapa pencipta lagu tertentu,
atau dari daerah mana lagu itu berasal.
Hadiah berupa CD lagu daerah versi akustik, hingga kaos membuat acara terasa dekat dengan ruang hidup anak muda.

Kesimpulan: Lagu Daerah adalah Arsip Hidup
Acara ini membuktikan satu hal besar:
Budaya bisa dibicarakan dengan cara santai tanpa kehilangan makna.
Lagu daerah ternyata menyimpan:
tata krama
sejarah migrasi
jejak perdagangan kuno
romantika masyarakat sungai
bahkan kode pergaulan masa lampau
Dan ketika acara berakhir, peserta tidak hanya pulang membawa informasi, tetapi juga rasa memiliki terhadap identitas Sumsel.
“Melodi Budaya, Rama Identitas” pun menjadi bukti bahwa pelestarian budaya paling ampuh adalah yang lahir dari komunitas, disokong pemerintah, dan dirayakan bersama masyarakat.

Tags

Terkini