pariwisata-kebudayaan

Iswati Fersida, Perempuan yang Menolak Membiarkan Keroncong Palembang Mati

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:10 WIB
Iswati Fersida, Perempuan yang Menolak Membiarkan Keroncong Palembang Mati (Dok)


Di tengah riuh musik digital dan irama cepat zaman, keroncong di Palembang tidak pernah benar-benar sunyi. Ia tetap bernapas—pelan, setia, dan penuh keteguhan. Nafas itu dijaga oleh Iswati Fersida, perempuan yang selama puluhan tahun memilih setia pada nada-nada lama, ketika banyak orang memilih meninggalkannya.
Kesetiaan yang sunyi itu akhirnya mendapat pengakuan negara. Iswati Fersida menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 kategori Pelestari, dalam Malam Apresiasi yang digelar di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Rabu malam (17/12/2025).
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Di panggung itu, Iswati—yang di Palembang lebih akrab disapa Iis Emping—berdiri bukan hanya sebagai penerima anugerah, melainkan sebagai simbol keteguhan seorang seniman.
Bagi warga Palembang, keroncong dan Iswati Fersida adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Sejak usia muda, ia memilih jalur yang tidak ramai: menyanyi keroncong. Dari panggung kecil, hajatan rakyat, hingga acara kebudayaan nasional, suaranya terus menghidupkan tembang-tembang klasik dengan warna khas Palembang—lembut, dalam, dan berakar.
Puluhan tahun berlalu. Musik berubah. Selera berganti. Namun Iswati tidak beranjak. Ia tidak sekadar menyanyikan keroncong, tetapi menjaganya agar tidak menjadi artefak museum. Melalui panggung dan karya, ia memastikan musik ini tetap hidup di telinga dan ingatan.
Pengakuan demi pengakuan ia raih di tingkat regional dan nasional. Namun yang membuatnya istimewa adalah konsistensi. Di saat keroncong makin jarang dilirik generasi muda, Iswati justru terus mencipta lagu, menambah napas baru bagi khazanah keroncong Sumatera Selatan.
Bagi banyak seniman dan pemerhati budaya, ia layak disebut legendaris—bukan karena usia atau popularitas, melainkan karena kesetiaan yang tak goyah pada tradisi. Ia membuktikan bahwa bertahan juga merupakan bentuk keberanian.
Anugerah Kebudayaan Indonesia sendiri merupakan wujud komitmen negara dalam menghargai para penjaga kebudayaan. Melalui proses kurasi dan penilaian yang ketat hingga ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kebudayaan RI, Iswati Fersida terpilih sebagai Pelestari 2025, lihatlah bagaimana negara akhirnya menoleh pada suara yang selama ini berjalan sunyi.
Penghargaan ini bukan akhir perjalanan. Ia adalah penanda bahwa keroncong Palembang masih hidup—karena ada seseorang yang menolak membiarkannya mati.

Tags

Terkini