Kemudian Menparekraf Sandiaga dan para delegasi bergerak menuju Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Majaksingi untuk melanjutkan aktivitas berikutnya. Yakni pijat tradisional dan refleksi sambil mencicipi aneka minuman herbal.
Di lokasi ini juga dihadirkan sejumlah lokakarya yang memperkaya pengalaman delegasi selama berada di Indonesia. Mulai dari membatik, membuat gerabah, hingga anyaman bambu.
Yang menarik juga para delegasi diajak untuk mencoba permainan tradisional gangsing dan kitiran yang terbuat dari bambu. Mereka pun sangat antusias bermain bersama.
Sensasi berbeda dirasakan delegasi ketika diajak berkeliling desa di sekitar wilayah Borobudur yang eksotis dengan VW Cabrio. Ini menjadi atraksi wisata yang sayang jika dilewatkan. Pemandangan hamparan sawah dengan latar belakang Bukit Menoreh serta Gunung Merapi membuat siapapun yang melihat terpesona dengan keindahannya.
Agenda ditutup dengan kunjungan ke Candi Borobudur. Perasaan takjub terlihat dari mimik wajah tiap delegasi. Tak sedikit dari mereka yang mengabadikan momen tersebut di gawai masing-masing.
Saat mengunjungi candi, tak lupa, para delegasi juga mengenakan Upanat. Yakni sandal khusus yang disiapkan untuk menaiki struktur Candi Borobudur.
Terbuat dari anyaman daun pandan, sandal ini dapat mendukung upaya mencegah peningkatan tingkat keausan batu candi. Khususnya pada bagian batu tangga dan batu lantai. Upanat sebagai properti wajib pengunjung Borobudur merupakan produksi UMKM lokal yang dikelola warga Desa Majaksingi.
Menurut Sandiaga, pola perjalanan pariwisata ini merupakan produk wisata budaya yang dikemas menjadi destinasi berkualitas.
Program BToC diperuntukkan bagi wisatawan agar tetap menjaga kelestarian Candi Borobudur dan menjaga carrying capacity candi yang hanya mampu menampung maksimal 1.200 wisatawan per hari, sesuai saran UNESCO. Untuk itu pihaknya mendorong wisatawan untuk berwisata ke Balkondes yang berada di kawasan sekitar candi.
Kesembilan subtema BToC tersebut dikembangkan oleh masyarakat lokal melalui 16 Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang sejak 2017 mendapatkan dukungan dari BUMN. Seperti aktivitas waluku atau bajak sawah yang digarap di Desa Karangrejo, serta Sudhana Manohara di Desa Wanurejo, serta Wringin Putih yang menampilkan pagelaran tari dan makan malam romantis.
Lantas ada paket Tropical flora’s wonderland berupa trekking dan pendakian gunung yang ada di Desa Ngadiharjo, Giri Tengah, Wringin Putih, Bigaran, dan Giri Purno. Ada pula aktivitas terapi pijat, yoga, meramu jamu tradisional, bermain wayang, dongeng anak, memahat batu, membatik, membuat gerabah, berkemah, hingga bermain gamelan dan alat musik lainnya.
Sembilan subtema itu secara umum meliputi Jataka (binatang), flora fauna, skill hands, berupa kerajinan gerabah dan batik, lalu menyusuri sungai, panahan, kebugaran, pengamatan bintang, waluku, gastronomi, dan manohara (pergelaran tari dan makan malam romantis). Paket BToC tersebut sudah diujicobakan sejak 2021 dan diharapkan sudah bisa diluncurkan secara resmi pada tahun ini.
Untuk informasi lebih lanjut serta eksplorasi paket wisata BToC, dapat ditemui melalui laman resmi BToC yakni http://borobudurtrail.com/.
Indonesia.go.id (***)