pariwisata-kebudayaan

Nasib Tragis Panglima Tangguh Kramojayo, Makamnya Dipagari Seng dan Nisannya Dirusak, Palembang Diampuk Nian

DNU
Minggu, 19 Maret 2023 | 08:54 WIB
AMPCB ziarah dan aksi damai di Komplek Pemakaman Oangeran Kramojayo. Dengan pagar seng d menutupi kompleks dan nisan-nisan hilang, Palembang benar-benar diampuk-i. Di belakang terlihat papan nama Cagar Budaya dan Pelatangan Masuk kompleks. (istimewa)

Zuriyatnya bersambung dari Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago Ibn Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminim Syaidul Imam.

Pangeran Kramojayo juga salah satu menantu dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, yang kala itu mempersunting RA Kramo Jayo Khotimah dan dikaruniai lima putri dan dua putra.

Putra dan putri beliau yakni, R A Azimah, R A Syaikho, R A Zakiah, R.A. Fatimah, R A Zubaidah, Pangeran Nata Diraja Abdul Hafiz, dan Pangeran Wira Menggala Abdur Roqib.

Selain itu, dari istri yang lain, Pangeran Kramojayo memperoleh 18 orang anak.

Saat SMB II diasingkan ke Ternate, Pangeran Kramojayo menjadi penguasa terakhir di era Kesultanan Palembang.

Karena satu-satunya kerabat dari SMB II, hanya Pangeran Kramojayo yang tak diasingkan dan diberi amanah untuk meneruskan Kesultanan Palembang.

Pada masa Keresidenan, Pangeran Kramojayo, diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Kolonial Belanda.

Pengangkatan itu lantaran Kolonial Belanda ingin memperalat dan menjadi Pangeran Kramojayo sebagai peredam gejolak pemberontakan yang dilakukan pribumi.

Kendati dijadikan Perdana Menteri oleh Kolonial Belanda, Pangeran Kramojayo tetap tak mengindahkan perintah dan bersikeras menentang penjajahan Belanda di Bumi Sriwijaya.

Hal ini didasari kesetiaan dan kepatuhan Pangeran Kramojayo, terhadap perintah SMB II untuk tetap mempertahankan Kesultanan Palembang.

Sebelum diasingkan, SMB II memanggil empat pangeran yakni, Pangeran Kramojayo (Palembang) Pangeran Syawaluddin (Baturaja), Pangeran Abdurrahman (Tebing Tinggi-Lahat) dan Pangeran Cik Hasan (Musi Banyuasin, Sekayu).

Pada 1819, Pangeran Kramojayo dipercaya sebagai Komandan Buluwarti Timur di Benteng Kuto Besak dalam perang Menteng, dan Komandan Benteng Tambakbaya di muara Sungai Komering Plaju dengan senjata pusaka yang paling ampuh yaitu 'Meriam Sri Palembang'.

Karena keberanian Pangeran Kramojayo, menentang Kolonial Belanda, Pada Agustus 1851, malam Pangeran Kramojayo ditangkap dan diasingkan

Pangeran Kramojayo wafat di usia 70 tahun. Kemudian jenazahnya dikubur di kampung 15 Ilir, Palembang. di Komplek pemakaman yang kini telah ditutupi pagar seng.

Halaman:

Tags

Terkini