pariwisata-kebudayaan

17 Agustusan di Palembang, Mainan Tanpa Telur, Namanya Tetap Telok Abang

DNU
Senin, 14 Agustus 2023 | 05:24 WIB
Mainan Telok abang marak menjelang peringatan 17 Agustusan di Palembang. KIni, telok abang terkadang dijual tanpa telur. Namanya tetap telok abang. (nasir)

KetikPos.com -- Menjelang peringatan kemerdekaan 17 Agustus, pedagang telok abang mulai marak di Palembang. Sepintas, tak ada beda telok abang kini dan sebelumnya. Namun kalau diteliti, ternyata sangat jauh bedanya.

Mainan yang terbuat dari bahan utama kayu gabus ini dibentuk berbagai rupa miniatur.

Ada kapal layar, pesawat terbang, becak, jembatan Ampera, ataupun bentuk-bentuk
lainnya. Dulu, di atas miniatur itu digantungkan telur berwarna merah. Bisa telur ayam
negeri ataupun telur bebek yang diberi warna merah sumba. Sehingga namanya, disebut
telok abang. Artinya, telur merah.

Kini, mungkin untuk menyiasati mahalnya harga telur menjelang lebaran, mainan ini pun
tidak lagi dilengkapi dengan telur. Meski demikian, masyarakat Palembang, terutama
anak-anak tetap meminatinya.

“Tanpa telur pun tak apa. Karena telur nya pun kami ragu mau memakannya,” ujar Ny
Romlah, yang menemani anaknya membeli telok abang di Jalan Merdeka, Palembang
kemarin.

Meski tanpa telur, Ny Romlah membayar miniatur perahu yang diincar anaknya dengan
harga yang relatif sama dengan harga tahun lalu.

“Rasanya, tahun lalu, saya membelinya Rp 30.000 dengan telur. Sekarang, tanpa telur, juga sama,” ujarnya.

Biasanya momen penjualan telok abang, memang mendekati peringatan 17 Agustusan.

Harganya berkisar Rp 30.000 hingga Rp 70.000. Bahkan untuk yang ukuran agak besar
dan pembuatannya agak rumit, bisa mencapai Rp 150.000.

"Yang harganya mencapai Rp 150.000, misalnya, miniatur Jembatan Ampera dan kapal
layar, karena membuatnya memang agak rumit dan memakan waktu cukup lama," ujar
Ismail, seorang perajin.

Ismail tidak sendirian. Sedikitnya, ada 200-an perajin serupa yang memanfaatkan momen
peringatan hari kemerdekaan RI. Kegiatan ini menjadi usaha rumahan warga Palembang.
Umumnya merupakan pengusaha kecil dengan modal yang minim.

Setahun sekali mereka mendapatkan rezeki. Selebihnya, momen lainnya juga dimanfaatkan, seperti saat tahun tahun baru membuat terompet tahun baru.

Ismail, sedikitnya bisa menghasilkan 500 hingga 700-an unit mainan telok abang. Dia
tidak menjajakan, tetapi menitipkan kepada penjual yang biasanya memajang dagangannya di pinggir jalan.

Seiring pelaksanaan 17 Agustusan, yang biasanya diramaikan juga dengan perlombaan
perahu hias dan perlombaan kecepatan mendayung perahu di Sungai Musi, penjualantelok abang pun semakin meningkat.

Halaman:

Tags

Terkini