pariwisata-kebudayaan

Palembang Tak Punya Tari Sambut, Budayawan-Seniman Pertanyakan karena Gending Sriwijaya itu Punya Provinsi

DNU
Minggu, 12 Februari 2023 | 08:39 WIB
Palembang tak punya tari sambut, seniman-budayawan pertanyakan. Budayawan Vebri Alintani dan Ketua DKP Iqbal Rudianto, kasih rekomendasi soal tari sambut Palembang, Sabtu (11/2/2023) (nasir/ketikpos.com)

KetikPos.com -- Tari Gending Sriwijaya merupakan tari sambut, tapi itu mewakili Sumsel. Untuk Palembang, menurut budayawan dan seniman, Vebri Alintani saat ini belum punya
tari sambut yang mewakili dan menggambarkan kearifan lokal Palembang.

Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) M Iqbal Rudianto. Menurutnya, untuk kebijakan tari sambut, setiap kabupaten kota sudah mempersiapkan
tari sambut masing-masing.Sementara untuk Kota Palembang sendiri masih dalam perdebatan. tari sambut punya wong Palembang itu apa. Kalau disebut tari gending sriwijaya, itu kan punya Provinsi Sumsel. Saat ini, di wilaya Palembang masih menggunakan tari gending siwijaya. Pertanyaannya, tari ini punya provin si atau Palembang.

Dengan kondisi ini, perlu diciptakan sendiri atau bagaimana? Ini yang harus dicarikan solusinya," ujarnya ketika dibincangi di Guns Cafe, Sabtu (11/2/2023).

Vebri yang juga mantan Ketua DKP menyatakan bahwa Kota Palembang itu ibukota provinsi. Karenanya seringkali kabur eksistensinya kota Palembang itu. Ketika dia ibukota, dia terimbas dengan pembangunan-pembangunan provinsi begitu juga terkait budaya.

"Dalam berbagai hal juga begitu. Termasuk identitas. Kalau kita melihat tari gending sriwijaya itu, sejarahnya itu awalnya untuk meyyambut pemerintahan Jepang pada tahun 1942 sampai 1945. Tari gending ini ditampilkan pertama atau ditarikan pertama di Mesjid Agung untuk menyambut perwakilan pemerintah Jepang dari Bukit tinggi. Karena Sumsel waktu itu bagian dari regional Pemerintah Jepang. Jadi, taria ini milik provinsi," ujarnya.

Kemudian, lanjut Vebri, masuk masa kemerdekaan menjadi tari sambut. Tahun 1960-an Palembang menjadi kota praja. Nah ketka menjadi kota praja dan sekarang menjadi otonomi derajat Palembang itu sama dengan kota/kabupaten lain di Sumsel.

"Nah kabupaten/kota lain kini memiliki ciri khas identitasn diri, termasuk tari sambut. Selayaknya, Palembang juga membuat ini. Tari sambut sendiri, berbasis Kesultanan, paling melekat di Palembang itu adalah Kesultanan Palembang Darusalam. Karena sriwijaya itu terlalu luas, dan waktu itu dianggap sebagai inspirasi nusantara. Dan kalau kita lihat, bahasanya bahasa indonesia atau bahasa melayu, bukan bahasa Palembang. Di mana-mana, tari sambut itu ada bahasa daerahnya. Misalnya tari randik. Atau tari mapak di 4 Lawang. Tari keban di Pagaralam. Pagar alam kan kota baru, dulu bagian Lahat, setelah memisahkan diri dari Lahat mereka membuat tari sambut sendiri,." jelasnya.

Karenanya Palembang, lanjut Vebri,  sudah seharusnya memiliki tari sambut sendiri. "Jadi tidak berlindug ke Sumsel. Ketika orang datang ke Sumsel disambut dengan tari gending, tapi
ketika datang ke Palembang atau Pemkot Palembang disambut dengan tari sambut yang memang punya Palembang," tambahnya lagi

Karenanya, dengan kondisi ini, baik Vebri maupun Didit, merekemondasikan Palembang harus punya tari sambut yang berbasis Kesultana Palembang Darusalam. Biar Palembang pnya identitas, punya ciri khas," tambah keduanya senada.

Tags

Terkini