KetikPos.com -- Pada debat calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Selatan yang berlangsung di Hotel Novotel Palembang pada Senin (28/10), masyarakat Sumsel berharap mendengar program-program yang menawarkan solusi inovatif untuk mempercepat kemajuan daerah.
Sayangnya, menurut pengamat politik Arianto, ST, MT, M.IKOM, POL, ketiga pasangan calon tampak masih menyajikan program yang cenderung konvensional dan kurang visioner. Tidak ada program yang menonjol sebagai terobosan baru, sementara masyarakat Sumsel sangat mendambakan langkah-langkah konkret yang dapat membawa provinsi kaya sumber daya alam ini ke tahap kemajuan yang lebih pesat dan sejajar dengan provinsi terdepan lainnya di Indonesia.
Baca Juga: Debat Cagub Sumsel: Herman Deru Jawab Kritik Pembangunan dan Pendidikan dengan Optimisme
Tawaran Program yang Dinilai “Copy-Paste”
Arianto, yang pernah menjadi peneliti di Lembaga Survei Indonesia (LSI), menjelaskan bahwa ketiga pasangan calon terkesan mengusung program yang seolah "copy-paste" dari kebijakan sebelumnya, khususnya bagi calon petahana dan wakilnya yang kembali bertarung.
Ia menyebutkan bahwa debat ini seharusnya menjadi ajang bagi para calon untuk memaparkan program unggulan yang menjadi pembeda, namun yang disajikan justru hanya keberlanjutan program lama tanpa ada penyempurnaan yang progresif.
Arianto juga mengingatkan bahwa masyarakat Sumsel membutuhkan program yang memberikan hasil nyata dalam waktu cepat, atau yang ia sebut "kejar tayang."
Kritik Terhadap Minimnya Kepastian Waktu
Menurut Arianto, salah satu kelemahan yang mencolok dari ketiga pasangan calon adalah tidak adanya target waktu dalam penyelesaian program.
“Kalau masyarakat tidak diberikan kepastian waktu, bagaimana mereka bisa percaya janji yang ditawarkan? Harusnya, setiap cagub menyertakan target waktu yang jelas kapan program akan terealisasi,” jelasnya.
Masyarakat Sumsel yang ingin melihat perubahan nyata memerlukan jaminan bahwa janji-janji tersebut tidak hanya sekadar omong kosong yang tidak pernah diwujudkan.
Penyampaian yang Kurang Meyakinkan
Arianto, yang akrab dipanggil Iyan, juga mengkritik gaya penyampaian para cagub yang masih mengandalkan teks saat menguraikan visi, misi, dan program mereka.