Oleh karena itu, peranti yang bisa menahan laju inflasi pada Ramadan hanya bisa dilakukan dengan cara memastikan pasokan mencukupi dan pemerintah melakukan operasi pasar. Sementara itu, terkait dengan situasi global, Perry menilai, akan ada pemulihan ke arah lebih baik dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Meskipun, Amerika Serikat dan Eropa diprediksi masih akan resesi.
Situasi global tersebut, katanya, didorong oleh perbaikan ekonomi di Tiongkok, sejalan dengan dibukanya kembali perekonomian atau penghapusan kebijakan Zero Covid-19 di Negeri Tirai Bambu. “BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 2,3 persen,” katanya.
Namun demikian, Perry mengatakan bahwa perekonomian di Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan tetap melambat disertai dengan risiko resesi. Di sisi lain, laju inflasi global tercatat telah menurun secara gradual. Hanya saja, tetap pada level yang tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, serta pasar tenaga kerja yang masih ketat di AS dan Eropa.
“Perekonomian AS dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi,” jelasnya.
Perry memandang, laju kenaikan suku bunga secara global pun telah mendekati puncaknya. Namun, dia menilai, hal itu masih akan tetap berada pada level yang tinggi sepanjang 2023.
Dia menambahkan, ketidakpastian pasar keuangan yang mereda tersebut memberikan dampak pada meningkatnya aliran modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sejalan dengan itu, tekanan terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang juga berkurang, termasuk rupiah. Di sisi lain, pengamat ekonomi Chatib Basri menuturkan, bunga acuan dapat memengaruhi biaya dana. Di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi, katanya, biaya dana dikhawatirkan akan membengkak.
“Tahun ini bukan periode yang mudah bagi bank, saat interest rate mengalami peningkatan, maka kuncinya adalah siapa yang bisa menjaga cost of fund relatif murah,” katanya, Rabu (15/2/2023).
Terlepas dari semua itu, kebijakan yang telah diambil Bank Indonesia dengan tetap mempertahankan suku bunga acuan tentu patut diapresiasi. Langkah bank sentral berani mengambil kebijakan itu tentu dengan pertimbangan inflasi tetap terkendali pada rentang target sasaran, selain tentu juga memperhatikan faktor inflasi global serta respons terhadap kebijakan moneter.
Harapannya, resiliansi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi tetap tinggi di rentang 3,7 persen--5,3 persen.Indonesia.go.id (***)