Pemimpin BRICS menjadi sebuah kekuatan perubahan, menjadi juru bicara negara-negara berkembang.
Negara-negara BRICS secara bersama-sama mewakili hampir seperlima dari perekonomian global.
Sejarahnya, BRICS sekarang sejalan dengan Konsep Dasasila Bandung tahun 1955.
Dimana Presiden Indnesia, Soekarno, menggagas Asia Africa Summit, di Bandung, 18 – 24 April 1955, melahirkan Dasasila Bandung 1955, adalah sepuluh poin hasil pertemuan.
Dasasila Bandung 1955, berupa "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".
Dasasila Bandung memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.
Pertama, menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta aas-asas yang termuat di dalam Piagam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kedua, menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
Ketiga, mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
Keempat, tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.
Kelima, menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
Keenam, tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain.
Ketujuh, tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara.
Kedelapan, menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
Kesembilan, memajukan kepentingan bersama dan kerjasama