BRIN Diprotes karena Angkut Koleksi Eks Balar Sumbagsel ke Jawa

photo author
DNU
- Jumat, 7 Juni 2024 | 23:56 WIB
Empat kontainer artefak koleksi eks Balar Sumbagsel diangkut BRIN ke Jawa diprotes AMPCB (Dok)
Empat kontainer artefak koleksi eks Balar Sumbagsel diangkut BRIN ke Jawa diprotes AMPCB (Dok)

KetikPos.com -- Pemindahan ribuan artefak dan barang arkeologi dari kantor BRIN Sumatera Selatan (dulu Balai Arkeologi Sumsel) di Jalan Kancil Putih, Palembang, ke Cibinong pada Jumat (7/6) siang telah memicu reaksi keras dari Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB).

Ketua AMPCB, Vebri Al-Lintani, menyatakan bahwa informasi ini diperoleh melalui grup WhatsApp. Vebri dan komunitasnya merasa pemindahan ini sangat merugikan karena barang-barang tersebut adalah aset berharga bagi Sumatera Selatan yang seharusnya tetap berada di daerah asalnya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal.

Vebri Al-Lintani mengungkapkan kekecewaannya, "Kami dari komunitas ingin tahu kenapa artefak-artefak tersebut dipindahkan padahal itu adalah aset Sumsel. Selama ini, banyak barang arkeologi dari Sumsel yang sudah dipindahkan ke Belanda, Jakarta, dan tempat lain. Harusnya, barang arkeologi yang ditemukan setelah kemerdekaan tetap berada di Sumsel. Mengapa barang arkeologi Sumsel selalu dipindah?"

Pada Jumat malam (7/6), Vebri mendatangi kantor BRIN Sumsel dan berbicara dengan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VI Sumsel, Kristanto Januardi, yang menjelaskan bahwa artefak-artefak tersebut dipindahkan karena fasilitas penyimpanan di kantor BRIN Sumsel tidak memadai. Artefak-artefak ini perlu dipindahkan ke pusat untuk penyelamatan yang lebih baik.

Vebri merasa kecewa dengan kurangnya transparansi dan komunikasi terkait pemindahan ini. "Yang kami sesali adalah tidak ada informasi sejak awal mengenai pemindahan ini. Kami, sebagai orang yang peduli cagar budaya, berharap barang-barang arkeologi Sumsel tetap berada di Sumsel. Menurut Pak Kristanto, ini sudah dikomunikasikan dengan Pemerintah Daerah, tetapi kita melihat komitmen pemerintah daerah dalam menjaga barang arkeologi Sumsel dan cagar budaya sangat lemah. Kita sebenarnya punya banyak museum yang bisa menampung barang-barang ini, seperti Museum Balaputra Dewa, Museum SMB II, Museum TPKS, dan Museum Tekstil. Banyak juga museum daerah yang kosong, tetapi tidak ada upaya untuk memindahkan artefak tersebut ke museum-museum itu," tegasnya.

Selain itu, Vebri menyoroti janji Pj Gubernur Sumsel yang akan membangun Museum Sriwijaya, yang menurutnya hanyalah janji kosong. "Kami ingin ada dialog antara komunitas peduli cagar budaya dengan pemerintah daerah minggu depan untuk membahas masalah ini lebih lanjut," ujarnya.

Anggota AMPCB lainnya, Kemas Ari Panji, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan klarifikasi dengan pihak-pihak terkait pada Senin (10/6). "Ini adalah bentuk kepedulian kami. Saya sendiri pernah ikut dalam penggalian arkeologi dan tahu betapa sulitnya menemukan artefak-artefak tersebut. Sekarang, dengan mudahnya mereka dipindahkan begitu saja," kata Kemas.

Protes dari AMPCB ini menggambarkan betapa pentingnya pelestarian cagar budaya dan artefak arkeologi sebagai bagian dari identitas dan sejarah lokal. Mereka berharap ada solusi yang memadai agar artefak-artefak berharga tersebut bisa tetap berada di Sumsel dan dijaga dengan baik untuk generasi mendatang. Dengan adanya dialog antara komunitas peduli cagar budaya dan pemerintah daerah, diharapkan ada kesepakatan yang bisa melindungi aset budaya ini.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X