KetikPos.com --Menjelang hari pencoblosan, isu politik uang atau yang sering disebut dengan "serangan fajar" kembali marak diperbincangkan. Hal ini terlihat dari banyaknya laporan yang diajukan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) oleh tim advokasi pasangan calon (paslon) kepala daerah.
Tujuan dari serangan fajar ini jelas: mendongkrak elektabilitas paslon yang tertinggal atau mempertahankan keunggulan paslon yang sudah berada di puncak. Namun, seberapa besar pengaruhnya terhadap pilihan pemilih?
Menurut Arianto, ST, MT, M.IKOM, POL, seorang peneliti perilaku pemilih dengan pengalaman lebih dari 27 tahun, efek politik uang untuk mendongkrak elektabilitas di masa tenang secara empiris tidak dapat dibuktikan. "Politik uang atau hadiah di pilkada terbukti memiliki target yang tidak tepat sasaran," ungkapnya saat dimintai tanggapan, Selasa (26/11/2024).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilih dalam pilkada di Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Pemilih yang akan memilih paslon jika diberi uang atau hadiah (6%).
2. Pemilih yang akan menerima uang atau hadiah dari siapa pun, tetapi cenderung memilih yang memberikan lebih banyak (12%).
3. Pemilih yang menerima uang atau hadiah, tetapi tetap memilih berdasarkan hati nurani (69%).
4. Pemilih yang tidak tahu atau tidak menjawab (14%).
"Mayoritas pemilih, yaitu 69%, tetap memilih berdasarkan nurani meskipun menerima uang atau hadiah. Inilah yang membuat serangan fajar bersifat membabi buta dan tidak efektif," ujar mantan peneliti LSI ini.
Ia juga menegaskan bahwa politik uang sangat sulit memberikan dampak signifikan di daerah dengan cakupan wilayah luas dan jumlah pemilih besar seperti Sumatera Selatan. Apalagi jika jarak elektabilitas antar paslon sudah lebih dari 20%. "Dalam konteks ini, politik uang lebih mencerminkan keputusasaan paslon yang mencoba mengejar ketertinggalan," tambahnya.
Kondisi serupa terjadi di kota Palembang, di mana mayoritas pemilih bersifat rasional. Mereka cenderung tidak mengubah pilihannya meskipun menerima uang atau hadiah mendekati hari pencoblosan.
Arianto juga menekankan pentingnya peran Bawaslu untuk bertindak tegas terhadap paslon yang terlibat dalam praktik politik uang. "Bahkan, jika uang atau hadiah dibagikan kepada pemilih yang sudah memiliki pilihan tetap, suara mereka tidak akan bertambah. Secara akademis maupun empiris, politik uang terbukti tidak berdampak signifikan jika jarak elektabilitas antar paslon sudah jauh," pungkas lelaki yang gemar memakai baju batik in.