Merayakan Hari Tari Sedunia, Seniman Sumsel Gelar Diskusi dan Silaturahmi Penuh Makna

photo author
DNU
- Senin, 28 April 2025 | 12:36 WIB
  Merayakan Hari Tari Sedunia, Seniman Sumsel Gelar Diskusi dan Silaturahmi Penuh Makna  KetikPos. Suasana hangat terasa di Gun's Cafe pada Selasa (19/4) siang. Para seniman tari dari berbagai penjuru Sumatera Selatan berkumpul dalam sebuah acara bertajuk Diskusi dan Silaturahmi Seniman Tari se-Sums (Dok)
Merayakan Hari Tari Sedunia, Seniman Sumsel Gelar Diskusi dan Silaturahmi Penuh Makna KetikPos. Suasana hangat terasa di Gun's Cafe pada Selasa (19/4) siang. Para seniman tari dari berbagai penjuru Sumatera Selatan berkumpul dalam sebuah acara bertajuk Diskusi dan Silaturahmi Seniman Tari se-Sums (Dok)

 

KetikPos. Suasana hangat terasa di Gun's Cafe pada Selasa (19/4) siang. Para seniman tari dari berbagai penjuru Sumatera Selatan berkumpul dalam sebuah acara bertajuk Diskusi dan Silaturahmi Seniman Tari se-Sumsel untuk memperingati Hari Tari Sedunia.

Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB ini bukan sekadar pertemuan biasa. Di tengah aroma kopi yang menyeruak dan denting musik latar, ide-ide besar tentang masa depan seni tari dibahas serius namun bersahaja.

Ketua Dewan Kesenian Sumsel (DKSS), M. Iqbal Rudianto, atau yang akrab disapa Didit, membuka diskusi dengan penuh semangat. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan mencari jalan keluar atas berbagai tantangan yang dihadapi para seniman tari, sekaligus memperkuat peluang untuk tetap berekspresi di tengah dinamika zaman.

"Seni tari, khususnya tari tradisi, masih sangat membutuhkan perhatian serius," ujar Didit. Ia menambahkan bahwa seniman tari di Sumsel menghadapi tantangan serupa dengan rekan-rekan mereka di daerah lain di Indonesia: minimnya perhatian, dukungan, serta regenerasi yang lambat.

Sejumlah narasumber hadir memperkaya diskusi. Selain Didit sendiri, ada Kepala BPK Wilayah VI, Kristanto, serta Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Panji Thahjanto. Diskusi dipandu secara apik oleh Indah Kumari, penari senior yang telah lama menjadi ikon seni tari Sumsel.

Dalam suasana akrab tersebut, para narasumber dan peserta saling bertukar pikiran. Mereka membahas berbagai isu mulai dari minimnya ruang berekspresi, perlunya dukungan kebijakan pemerintah, hingga pentingnya inovasi dalam menjaga nilai-nilai tradisi tanpa kehilangan relevansi di masa kini.

"Solusi yang kita cari tidak bisa hanya copy-paste dari daerah lain. Harus kita sesuaikan dengan karakteristik budaya dan masyarakat Sumsel," lanjut Didit, disambut anggukan setuju dari para peserta.

Diskusi ini diakhiri dengan semangat baru: memperkuat jaringan antar-seniman, mendorong kolaborasi lintas sektor, serta merancang strategi bersama untuk menghidupkan kembali dunia tari di Sumatera Selatan.

Dengan penuh harap, acara ini menjadi titik awal lahirnya gerakan baru: menjaga, menghidupkan, dan mengembangkan seni tari, sebagai jati diri bangsa yang tak lekang oleh waktu.

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X