Kondisi tersebut terjadi disebabkan berbagai situasi dan kondisi serta budaya yang terjadi di Indonesia.
Sebagaimana kita maklumi, di Indonesia ada tradisi “mudik” saat menjelang berakhirnya bulan puasa Ramadan, sehingga hiruk-pikuk sudah terfokus pada pulang ke kampung halaman masing-masingmasing-masing.
Sehingga aktivitas ibadah di masjid menjadi berkurang.
Sebagai bukti nyata, Ibu Kota Jakarta yang biasanya hiruk-pikuk dengan kemacetan di berbagai pelosok Jakarta, mendadak menjadi lengang pada H minus lima atau H minus tiga menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Itu pertanda penduduknya sebgaian besar pulang ke kampung halaman.
Lalu bagi keluarga yang tidak memiliki kampung halaman, sudah disibukkan dengan mempersiapkan kue-kue lebaran, atau ada sebagian yang berlibur ke luar kota.
Tetapi tradisi pulang kampung itu adalah tradisi yang patut dilestarikan, karena pulkam adalah ajang “silaturahmi” dan “berbagi” kepada keluarga yang tinggal di kampung, terlebih lagi yang kedua orang tuanya dan Saudara-suadara masih tinggal di kampung halaman.
Inilah realita yang terjadi di nusantara tercinta ini.
Kondisi Umat Islam Pasca Ramadan
Lalu bagaimana kondisi kebanyakan umat Islam di nusantara pasca lebaran?
Seperti biasa kembali ke situasi normal, jama’ah masjid kembali ke suasana normal, satu dua shaf saat salat wajib di masjid pemandangan yang biasa kita saksikan hampir di semua masjid di nusantara ini.
Tetapi biasanya, jumlah jama’ah sedikit lebih ramai pasca satu atau dua bulan pasca lebaran hingga menjelang Iedul Adha.
Semoga untuk generasi muda Islam di masa depan, pasca Ramadan, kegiatan beribadah di bulan Ramadan akan terus terasa hingga ke Ramadan tahun berikutnya.
Seperti juga kebiasaan salat berjamaah di masjid, kebiasaan membaca kitab suci Al-Qur’an setiap hari, kebiasaan bersedakah.
Dan lebih peduli terhadap fakir miskin, yatim piatu, anak-anak terlantar, dan kelompok-kelompok yang perlu mendapat perhatian serius karena keterbatasan penghasilan, pendidikan, dan lain-lain.