Namun, kondisi yang terlihat adalah jama’ah masjid sudah mulai berkurang, shaf-shaf salat sudah mulai ada kemajuan, alias shaf belakang sudah mulai longgar, tetapi masih lebih ramai di banding hari biasa.
Dan yang terakhir adalah fase yang ketiga atau sepuluh hari terakhir atau yang keistimewaannya adalah “terbebas dari api neraka”.
Ini merupakan fase puncak yang dinanti-nantikan kan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Karena ada suatu malam yang paling mulia bahkan menyamai kemuliaan “seribu bulan” yaitu “malam Lailatul Qodr”.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Qadr Ayat 1 – 5 yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahulah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Dari beberapa hadist Rosulallah SAW diyakini bahwa malam kemuliaan itu ada di sepuluh malam terakhir.
Seperti hadist Rosulullh SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terahir di bulan Ramadan”.
Lalu bagaimana kondisi yang terjadi yang terjadi di sepuluh hari terakhir Ramadan di negeri kita tercinta ini?
Seharusnya yang terjadi masjid-masjid akan semakin ramai, yang salat malam, yang membaca Al Qur’an, atau yang beri’tikaf.
Tetapi realita yang terjadi adalah adalah masjid-masjid atau musalah jama’ah tarawehnya semakin sedikit bahkan hampir sama dengan hari-hari di luar Ramadan.
Yang ramai adalah adalah pasar-pasar atau mall-mall yang menjual segala macam jenis pakaian dan makan yang lezat dan beraneka macam.
Menurut info dari beberapa sumber yang dipercaya, yang terjadi di negara-negara Islam seperti Mekkah dan Madinah, justru di sepuluh terakhir jama’ah di masjid semakin membludak.
Karena berlomba-lomba untuk mendapatkan malam kemualiaannya dengan seribu bulan biasa disebut “malam lailatul Qadr”.
Lalu pertanyaannya adalah, “Ada apa gerangan dengan umat muslim yang ada di Indonesia?” Jawabannya adalah ada pada diri kita masing-masing.