Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA
Dosen pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang
Perang dagang global telah menciptakan ketimpangan struktural yang semakin memperlebar jurang sosial-ekonomi antarnegara dan antarkelompok sosial.
Salah satu pemicu utamanya adalah kebijakan proteksionis yang diambil oleh pemerintahan Donald Trump, khususnya melalui peningkatan tarif impor terhadap sejumlah negara mitra dagang utama, yang memicu reaksi serupa dan eskalasi konflik dagang global.
Fenomena ini berdampak pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama pada aspek pengurangan kemiskinan, keadilan sosial, dan pertumbuhan ekonomi inklusif.
Kajian ini mengkaji bagaimana sistem ekonomi berbasis nilai sosial dapat berperan dalam memperkuat ketahanan masyarakat terhadap dampak ketidakpastian ekonomi global.
Dengan pendekatan sosiologis dan analisis literatur, kajian ini menunjukkan bahwa ekonomi berbasis solidaritas sosial, distribusi yang adil, dan etika produksi serta konsumsi memiliki potensi besar dalam menciptakan struktur sosial yang lebih tangguh.
Kajian ini juga menekankan pentingnya penguatan jejaring sosial, kelembagaan lokal, dan norma kolektif sebagai bagian dari strategi pembangunan yang berkelanjutan.
Perubahan arah kebijakan ekonomi global selama dekade terakhir telah menimbulkan dinamika baru dalam sistem perdagangan internasional.
Salah satu titik balik yang signifikan adalah kebijakan proteksionis yang diadopsi oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, selama masa jabatannya (2017–2021) dan berlanjut di episode kedua tahun 2025.
Di bawah slogan “America First”, pemerintahan Trump mendorong strategi ekonomi yang berorientasi pada kepentingan domestik dengan menargetkan neraca perdagangan bilateral, terutama terhadap Tiongkok.
Kebijakan tersebut secara langsung diwujudkan melalui serangkaian peningkatan tarif impor terhadap produk-produk dari Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan mitra dagang lainnya.
Dalam beberapa minggu terakhir bulan Maret di tahun 2025 , tensi ekonomi global meningkat seiring kebijakan proteksionis yang diberlakukan oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Kebijakan seperti peningkatan tarif impor terhadap produk Tiongkok dan negara-negara mitra dagang lainnya, yang dikenal luas sebagai bagian dari strategi America First, menjadi pemicu eskalasi perang dagang global.
Ketegangan ini telah mengganggu stabilitas perdagangan internasional, memperlemah pertumbuhan ekonomi, dan berdampak pada negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada ekspor serta keterbukaan pasar global.
Kebijakan ini kemudian dibalas dengan tindakan serupa oleh negara-negara terdampak, yang memunculkan fenomena yang dikenal sebagai perang dagang.