KetikPos.com - Dulmuluk, sebuah seni teater tradisional yang berakar kuat di Sumatera Selatan, memiliki asal-usul yang berhubungan erat dengan kitab "Kejayaan Kerajaan Melayu," terutama melalui karya berjudul "Syair Abdul Muluk." Kitab ini, selesai ditulis pada 2 Juli 1845, menciptakan landasan bagi warisan seni teater yang masih hidup hingga saat ini.
Dalam versi yang berbeda dari dua penulis kitab, Raja Ali Haji dan Saleha, terdapat perbedaan dalam narasi Syair Abdul Muluk. Namun, esensi cerita tersebut tetap membentuk dasar bagi perkembangan teater Dulmuluk. Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat Indra Sakti, menurut DR. Philipus Pieter Voorda Van Eysinga, dan Saleha, sepupu Raja Ali Haji, menurut Von de Wall, mewariskan cerita ini melalui kitab mereka.
Teater Dulmuluk lahir di Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1854, ketika Wan Bakar membacakan syair Abdul Muluk di sekitar rumahnya. Pembacaan syair kemudian berkembang menjadi pertunjukan yang melibatkan beberapa orang, musik gambus, dan terbangan. Acara ini menarik minat masyarakat dan menjadi cikal bakal dari kesenian Dulmuluk.
Pada tahun 1860, syair "Kejayaan Kerajaan Melayu" diterbitkan di Singapura dalam bahasa Melayu oleh Syaidina dan Haji M. Yahya. Dr. Philipus mencetak ulang syair ini dalam bahasa Latin pada tahun 1893. Seiring waktu, terjadi perubahan ejaan dan penyesuaian genre, seperti perubahan Abdul Roni menjadi Abdul Gani.
Kesenian Dulmuluk tidak hanya bertahan lama, tetapi juga menjadi ekspresi estetik masyarakat Sumatera Selatan. Setiap daerah atau suku di provinsi ini merasakan keberadaan dan dampak seni teater ini.
Kesejarahan Dulmuluk tidak hanya mencerminkan keberlanjutan tradisi lisan, tetapi juga memperkuat kesadaran sosial budaya, menjadi semacam semangat kolektif, serta bagian integral dari harga diri dan identitas masyarakat Sumatera Selatan hingga saat ini.(***)