KetikPos.com - Purwaceng, tanaman herbal dari Dataran Tinggi Dieng, semakin mencuri perhatian sebagai "ginseng" lokal dengan khasiat luar biasa.
Dikenal dengan nama ilmiah Pimpinella pruatjan, tanaman ini tumbuh subur di ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut, menjadikannya sebagai kekayaan alam khas daerah ini.
Asal usul khasiat purwaceng bermula dari pengalaman seorang petani yang tanpa sengaja menemukan keajaiban tanaman ini.
Setelah menggarap lahan pertaniannya, sang petani beristirahat dan memetik daun tanaman rambat, yang kemudian dikunyah. Hasilnya, tubuhnya terasa hangat dan tenaganya pulih.
Berita positif ini menyebar, dan purwaceng menjadi tanaman budidaya utama di Dataran Tinggi Dieng.
Purwaceng awalnya dikonsumsi melalui cara tradisional dengan merebus dan meminum air rebusannya.
Namun, dengan perkembangan zaman, purwaceng diolah menjadi serbuk yang dapat dicampur dengan berbagai minuman seperti kopi, susu, dan teh. Bahkan, sekarang telah tersedia dalam bentuk kapsul untuk kemudahan konsumsi.
Penting untuk dicatat bahwa purwaceng memanfaatkan seluruh bagian tanaman setelah mencapai usia panen sekitar 1 tahun, berbeda dengan ginseng yang hanya mengambil akarnya.
Kandungan belerang yang tinggi dalam tanah Dataran Tinggi Dieng memberikan kondisi optimal bagi pertumbuhan purwaceng, menjadikan hasilnya memiliki kualitas tinggi.
Empat desa di sekitar Dataran Tinggi Dieng, yaitu Patok Benteng, Sikurang, Sembungan, dan Dieng, menjadi sentra budidaya purwaceng.
Industri rumahan di wilayah ini aktif memproduksi berbagai minuman herbal berbahan dasar purwaceng dengan racikan unik, menciptakan variasi rasa dan aroma yang menggugah selera.
Satu boks purwaceng bubuk dijual dengan kisaran harga Rp50.000 hingga Rp70.000, sementara purwaceng kapsul dihargai antara Rp50.000 hingga Rp100.000 per bungkus.
Dengan popularitas yang terus meningkat, purwaceng dari Dataran Tinggi Dieng semakin menjadi daya tarik bagi pecinta herbal dan penggemar produk lokal berkualitas tinggi.(***)
