Di Betawi ada Tanjidor, di Sumsel ada Tanjidur dan sudah Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)

photo author
DNU
- Jumat, 19 Januari 2024 | 20:34 WIB
Musik Tanjidur juga ada di Sumsel. Selain dari Betawi, ternyata yang di Sumsel sudah diakui dan ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)  (tangkapan layar laman @giwang.sumselprov.go.id)
Musik Tanjidur juga ada di Sumsel. Selain dari Betawi, ternyata yang di Sumsel sudah diakui dan ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) (tangkapan layar laman @giwang.sumselprov.go.id)

KetikPos.com -- Musik Tanjidor boleh jadi ada di Betawi. Tetapi, di Sumsel pun ada.

Dan kini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).

Tanjidor, atau Tanjidur, merupakan bentuk musik instrumentalia yang memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kearifan lokal masyarakat Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan.

Musik ini memiliki karakteristik unik dengan jumlah anggota yang terbatas, sekitar ± 12 orang pemain, dan digunakan secara khusus dalam tradisi "Berarak".

Tradisi ini terkait dengan pengantin yang diarak keliling dusun, dan Tanjidur hadir sebagai pengiring yang meriah dan penuh makna.

Asal-usul Tanjidur dapat ditelusuri hingga pengaruh bangsa Portugis, tetapi pengembangan lebih lanjut terjadi di Indonesia, terutama di Sumatera Selatan oleh bangsa Belanda.

Pada awal abad ke-19, orang Palembang yang menetap di Desa Cinta Jaya Pedamaran menjadi pelopor dalam memperkenalkan dan mengembangkan musik Tanjidur.

Desa ini, yang terletak di rakit di seberang Pedamaran di Sungai Babatan Pedamaran, menjadi pusat perkembangan awal musik Tanjidur di wilayah tersebut.

Tanjidur menjadi salah satu elemen penting dalam berbagai acara kehidupan masyarakat Pedamaran, seperti pernikahan, khitanan, dan pawai.

Keberlanjutan musik tradisional ini mencerminkan komitmen kuat masyarakat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka.

Upaya dari musisi dan komunitas lokal dalam mengajarkan, mendokumentasikan, dan mengembangkan tradisi Tanjidur menjadi kunci dalam menjaga keberagaman budaya di Indonesia.

Inisiatif pelestarian Tanjidur juga menggarisbawahi pentingnya mengenali bahwa budaya bukan hanya aset warisan masa lalu, tetapi juga investasi dalam pendidikan dan pembentukan karakter bangsa.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumsel, Aufa Syahrizal, menekankan bahwa budaya adalah investasi, dan pemahaman akan nilai-nilai budaya dapat membentuk karakteristik bangsa.

Oleh karena itu, upaya pelestarian Tanjidur tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur, tetapi juga sebagai investasi dalam pembentukan identitas dan karakter masyarakat OKI.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X